Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tari Dolalak yang Membuat Terbelalak

30 April 2023   21:43 Diperbarui: 30 April 2023   22:01 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampung halaman tempat aku dilahirkan (dokpri) 

Dear kampung halamanku, 

Sekian lama kumeninggalkanmu, rindu dendam menyiksaku, 

Betapa dirimu terpatri dalam ingatanku, terpahat dalam setiap mimpiku. 

Dear kampung halamanku... 

Kuingin hanya engkau yang tahu, pada dirimulah kutemukan diorama masa lalu. 

Kisah riang masa kanak-kanakku, dalam setiap ruang yang terisi ribuan candu. 

Dear kampung halamanku, ada kenangan manis di sana. 

Cerita-cerita lucu penghias masa, ceria kanak-kanak yang tak kenal derita. 

Dalam buaian kasih ibu bapa, yang selalu melindungi dan menjaga. 

Kampung halaman yang selalu dirindu (dokpri) 
Kampung halaman yang selalu dirindu (dokpri) 

Dear kampung halamanku... 

Padamu kuingin berterus terang, tentang resah yang berbuah gundah. 

Kemana sawah yang dulu selalu subur tak pernah kering? 

Sawah yang akrab dengan kebandelanku bermain lumpur, keasyikanku berburu belut? 

Kering kerontang saat kupulang. Apakah panas ekstrem biang keladinya? 

Ataukah sawah-sawah itu kini telah ditanami rumah, tumbuh beton, dan berpagar tembok-tembok bisu yang tak mampu mengadu?

Geblek bumbu, Purworejo Madiun bercumbu (dokpri) 
Geblek bumbu, Purworejo Madiun bercumbu (dokpri) 

Dear, kampung halamanku. 

Ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu. 

Ini tentang kuliner Purworejo dan Madiun yang bercumbu. 

Kau tahu apa itu? 

 Geblek bumbu. 

Ternyata geblek makanan khas Purworejo itu sangat lezat dan padu saat berpadu dengan bumbu pecel asli Madiun. 

Ah, mungkin ini pertanda aku dan suamiku berjodoh. Unik yaaa... 

Purworejo kota durian (dokpri) 
Purworejo kota durian (dokpri) 

Dear kampung halaman ku... 

Ada lagi satu yang kurindu. 

Durian! 

Di sini, di perantauan juga banyak durian. 

Tapi selalu saja durianmu kurindukan. Rasanya tentu berbeda, durian yang tumbuh dari tanahmu, yang berpupuk kenangan dan tersiram kerinduan pastilah lebih berkesan. 

Purworejo kota durian. Kalimat itu selalu membuatku terkesan. 

Meski di sini, di perantauan, aku juga tinggal di tempat penghasil durian. 

Dear Kampung halamanku....

Ada satu yang tak bisa kutolak, tapi juga tak bisa kutebak. Ada apa dengan Dolalak? 

Saat aku kecil, aku pernah menarikannya. Tapi kulupa, apakah saat lomba, atau saat pentas pesta siaga. 

" Ikan cucut mandi di laut, karna ombak bergoyang buntut... "

Tarian ini terasa menarik untuk dilakukan. Satu tangan terlipat di depan dada sambil "nyekithing", sedang tangan satunya terentang sambil "nyekithing" juga. 

Kemudian kita melakukan gerakan berputar-putar. 

Rasanya tarian ini cukup menawan untuk ditarikan saat Hari Tari Internasional. 

Tapi ada satu yang cukup meresahkan, kenapa tarian yang dulu hanya ditarikan laki-laki, kini justru penarinya perempuan semua? 

Dan kenapa kostumnya seperti sangat terdikte oleh arus komersialisasi? 

Di sinipun ada yang mirip, seperti penari jathilan yang menjadi bagian dari reog ponorogo. 

Apakah itu merupakan tuntutan industri ekonomi kreatif? 

Tidakkah kostum santun lebih menarik dan bermartabat? 

Ah, ini hanya sekedar keresahan yang terlintas. 

Bukan untuk menggurui, ataupun menghakimi. 

Tapi sekedar "mengudarasa" atas sesuatu yang hilang dan berubah dari kenangan masa kecil yang indah. 

Dear kampung halamanku, 

Masihkah kambing etawa beranak pinak dan berkembang biak di Kaligesing? 

Masihkah buah manggis setia bergelantungan di pohon-pohon sarat buah? 

Ah, semoga semua itu masih ada, sebagaimana ikon kambing, manggis dan durian yang ada di Taman Bagelen. 

Dear kampung halamanku... 

Sebenarnya masih banyak yang ingin kutuliskan untukmu. 

Sebagaimana keistimewaan yang begitu banyak melekat bersamamu. 

Tapi sayang, waktu jua yang membatasi. 

Banyak hal yang harus kutuliskan. 

Tentang tantangan samber THR yang memasuki paripurna.

Dan saldo gopay yang masih betah bersemedi dan tak berubah. 

Entahlah... 

Mungkin dana memang belum ada, dan kita harus bersabar tentunya. 

Semoga bukan karena admin terlupa. Eh...

 Sementara Aku masih mengingatmu meski terasa lelah. 

Terimakasih  kampung halamanku tersayang. 

Rindu dan cintaku untukmu. 

Salam.... 

 



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun