Purworejo lebih cenderung terkenal sebagai kota dataran rendah berbukit, tapi siapa sangka, di kawasan Purworejo banyak terdapat Pantai.
Pantai di Purworejo yang merupakan kawasan laut Selatan dengan ombaknya yang besar mungkin membuat pengelolaan pantainya agak terlambat.
Seperti Pantai Jatimalang yang lokasinya hanya sekitar 45 menit perjalanan naik mobil dari tempat tinggal saya, baru saya ketahui saat saya sudah dewasa dan berkeluarga.
Beberapa tahun yang lalu, berwisata bersama keluarga saat mudik lebaran menjadi salah satu cerita mudik yang menarik.
Setelah acara nyekar dan halal bihalal kelar, kita isi acara kebersamaan keluarga dengan berwisata.
Tak perlu jauh-jauh, yang penting kita bisa mengurai rutinitas dan menikmati wisata dengan penyegaran dan menghibur diri.
Biasanya kami membawa bekal sendiri untuk makan siang bersama.
Untuk camilan, kita bawa saja toples-toples lebaran yang ada di meja.
Ada aula besar yang muat banyak orang di sana yang bisa dipergunakan untuk lesehan bersama.
Hidden gem yang kini telah bersinar ini merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Purworejo.
Lokasi
Pantai Jatimalang ini terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo.
Pantai yang dikenal sebagai Pantai Jatimalang ini, sejak tahun 2018 memiliki ikon patung Bima atau Werkudara bertarung melawan naga yang dikenal sebagai patung dewa Ruci.
Patung ini dibangun di bibir pantai setinggi 6 meter.
Patung Dewa Ruci ini adalah hasil karya besar seorang seniman berdarah Bali berasal dari Muntilan yang bernama Nyoman Alif.
Kisah Dewa Ruci
Terkadang orang menganggap Patung Bima melawan naga itu adalah Dewa Ruci melawan Naga. Padahal bukan begitu. Maksudnya patung itu adalah salah satu adegan dalam kisah Dewa Ruci.
Kisah Dewa Ruci berawal dari tipu muslihat Resi Dorna yang dilatar belakangi 2 pendapat yang berbeda.
1. Resi Dorna dan para Astina ingin menyingkirkan Pandawa, dengan lebih dulu menyingkirkan Bima.
2. Resi Dorna ingin menyingkirkan Bima yang menghalangi niatnya ingin merayu Dewi Kunti, Ibu para Pandawa.
Resi Dorna yang merupakan mahaguru para Ksatria Astina dan Pandawa ini sangat dipatuhi oleh murid-muridnya termasuk Bima.
Bima adalah salah satu Pandawa Lima yang ke-2, berperawakan tinggi besar, kasar dan tidak bisa berbahasa krama sebagai ciri khas ksatria.
Meski begitu, Bima sangat patuh pada gurunya, Resi Dorna.
Maka ketika Resi Dorna menyuruh Bima mencari air suci Prawitasari, sebagai syarat kesempurnaan manusia sejati, Bima menyanggupinya.
Saudara Bima, para Pandawa, berusaha mencegah, tapi Bima yang sudah bertekad bulat, tidak mengindahkan peringatan saudara-saudaranya.
Awalnya, Resi Dorna mengatakan air suci Prawitasari ada di Gunung Candramuka.
Tetapi Bima tidak menemukannya, malah bertemu dengan 2 orang raksasa yang sangat berbahaya, bernama Rukmala dan Rukmakala.
Dengan kesaktian dan ketangkasannya, Bima berhasil mengalahkan kedua raksasa, dan diberitahu, bahwa air suci Prawitasari itu tidak ada di gunung Candramuka.
Bima kembali menghadap Resi Dorna, dan menanyakan di mana sebenarnya keberadaan air suci Prawitasari.
Resi Dorna mengatakan, Gunung Candramuka hanya untuk menguji kemampuan Bima, sedang air suci Prawitasari sesungguhnya ada di Samudera luas, di laut Selatan.
Bimapun nekad menyelam dan memulai perjalanannya mengarungi samudera.
Saat mengarungi samudera itulah terjadi pertarungan Bima melawan naga yang menjadi adegan paling fenomenal dalam kisah dewa Ruci.
Akhirnya Bima bertemu dengan Dewa Ruci, seorang Dewa bertubuh kerdil yang banyak memberikan ilmu kesejatian pada Bima.
Ada pula yang mengatakan, pertemuan Bima dan Dewa Ruci ini yang diolah oleh Sunan Kalijaga dengan memasukkan unsur dakwah.
Kisah semula yang berasal dari ilmu kejawen sejati itu diubah menjadi jalan tasawuf yang dikenal dalam agama Islam.
Tasawuf adalah hal-hal yang berkaitan dengan kebatinan.
Perjalanan Bima digambarkan sebagai proses pencapaian dalam mempelajari ilmu agama, yaitu :
1. Syariat
Ilmu syariat adalah ilmu yang membahas tentang aspek lahiriah dari setiap ibadah atau pekerjaan yang dilakukan seorang hamba.
2. Tarekat
Tarekat adalah jalan yang ditempuh berdasarkan syariat, untuk menuju jalan hakikat dengan lebih memahami, mengetahui, dan mengenal Allah SWT.
3. Hakekat
Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Jadi, ilmu hakekat adalah ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.
4. Makrifat.
Makrifat, Dari segi bahasa Makrifat berasal dari kata arafa, ya'rifu, irfan. Ma'rifat mengandung arti pengetahuan dan pengalaman.
Kesempurnaan akan tercapai jika manusia sudah berhasil menaklukkan nafsu dalam dirinya sendiri, dan melepaskan keterikatannya pada dunia yang fana.
Berdasarkan penelitian Poerbatjaraka, cerita “Dewa Ruci” disusun dalam bahasa Jawa Tengahan dan memakai tembang gede.
Disusun sekitar abad ke-16 dan anonim. (Poerbatjaraka 1940, 11-28)
Terlepas dari adalah usul nama Dewa Ruci untuk pantai Jatimalang yang filosofi nya sangat "berat", di pantai ini justru menjadi sarana untuk bersenang-senang menghibur diri.
Kami bebas berbasah-basah ria dan melepaskan diri dari segala atribut.
Bergembira bersama, bermain pasir, mengejar kepiting, menangkap ubur-ubur dan berguling di pasir.
Sarana menarik untuk healing dan refresing.
Apalagi pantai ini relatif dekat, jika berangkat sehabis subuh, suasananya masih sejuk dan segar.
Para nelayan juga baru pulang melaut dengan tangkapan ikan segar yang menggiurkan.
Tidak salah kalau Pantai Jatimalang atau Dewa Ruci menjadi pantai favorit mengisi mudik lebaran dan bercengkrama bersama saudara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H