Ada etalase di tengah, dan kanan kirinya ada meja kursi tempat menikmati nasi pecel, dan juga rawon.Â
Selain nasi pecel, tersedia rawon juga.Â
Tapi sudah sejak awal, si bungsu inginnya nasi pecel. Ayahnya juga. Sedang aku masih kenyang, saat berbuka tadi sudah makan besar.Â
Sampai di depot, kami disambut seorang perempuan yang ramah menyapa.Â
"Monggo bapak, ibu. Ngersakkaken menapa? Pecel napa rawon? (Silakan bapak, ibu. Ingin pecel apa rawon?)Â
" Pecel, Bu! " Kata suamiku.Â
"Lauknya apa,Pak? Tahu, tempe, telur, babat, lidah, daging, ayam, rempeyek? "
"Lidah saja! " Kata suamiku.Â
"Saya pecel saja, Bu. Tanpa nasi. Dikasih tahu dua, Bu! Sama peyeknya sebungkus! "
Pesan si bungsu. Anak ini jarang makan nasi, dan nggak mau daging kalau tidak terpaksa.Â