Mudik.Â
Apa yang terlintas di dalam pikiran kita jika kata ini disodorkan?Â
Waduh, baru juga Persiapan Ramadan 2023 dilaksanakan, kenapa sudah berpikir tentang mudik?Â
Pada kenyataannya, Ramadan, mudik dan lebaran tidak bisa dipisahkan.Â
Ketiga ritual itu biasa dilaksanakan berurutan.Â
Ramadan-mudik-lebaran.Â
Atau Ramadan-lebaran-mudik.Â
Tapi ada yang lebih penting untuk dicermati berkaitan dengan tradisi mudik.Â
Cuti Lebaran adalah hal paling menentukan untuk mudik.Â
Kapan dan berapa lama mudik tentunya sangat dipengaruhi kapan dan berapa lama diberikan.Â
Kabar terbaru, cuti bersama yang awalnya ditetapkan melalui SKB 3 menteri (Menteri Agama, Menteri Tenaga Kerja, dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi) tanggal 21-26 April, akan dimajukan menjadi tanggal 19-20 April, dan berakhir tanggal 25 April.Â
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan bahwa Presiden Joko Widodo atau Jokowi memutuskan menambah durasi cuti bersama Lebaran 2023 sebanyak satu hari.
Begitu yang dikemukakan beliau dalam keterangan pers seusai rapat terbatas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (24/3/2023).
Hal ini karena antusiasme mudik begitu tinggi, dan dikhawatirkan adanya timbunan pemudik di awal lebaran, begitu kira-kira senada dengan apa yang diucapkan menteri perhubungan Budi Karya Sumadi kepada berbagai media.Â
Terlepas dari cuti lebaran yang ditetapkan pemerintah, mudik tentunya adalah saat yang sangat ditunggu - tunggu dan merupakan ritual yang wajib bagi para perantau.Â
Mudik adalah tradisi yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya.Â
Bahkan masyarakat dunia.Â
Dalam filosofi  mudik ini terkandung makna yang bisa mendorong manusia untuk berbahagia.Â
Orang yang mudik bisa jadi lebih bahagia, sehingga menyumbang kenaikan Indeks kebahagiaan bagi Indonesia yang mengalami kenaikan Indeks kebahagiaan, meski sedikit.Â
Dikutip dari Kompasiana.com, Indeks kebahagiaan orang Indonesia berada pada urutan 84 dari total 109 negara.
Dari tadinya berada di urutan 87 dalam Indeks Kebahagiaan, naik ke urutan 84.
Sedang Indeks Kebahagiaan naik dari 5240 menjadi 5277.
Kembali ke soal mudik, hal positif yang bisa menyumbang Indeks kebahagiaan Indonesia, jika dipandang dari sudut indikator Indeks kebahagiaan, seperti :
1. Angka Kepuasan Hidup (Life satisfaction)Â
Tradisi mudik, mendorong individu untuk pulang dalam keadaan sukses. Ini memicu semangat kerja untuk lebih bersungguh-sungguh dan mendapatkan pundi-pundi uang yang lebih besar.Â
Semangat ini akan mendorong tercapainya pendapatan per kapita yang lebih besar dan terus meningkat.Â
Pendapatan per kapita ini berkaitan dengan angka kepuasan hidup yang bersifat fisik dan bisa dilihat.Â
2. Perasaan (Affect)Â
Bertemu relasi pergaulan yang diinginkan, tentu akan membawa kebahagiaan tersendiri.Â
Saat mudik, kita bisa bertemu orang-orang yang jarang kita temui, sehingga pertemuan yang terjadi akan membawa efek positif.Â
Efek positif itulah yang akan mendatangkan rasa senang, akhirnya mendatangkan kebahagiaan.Â
3. Makna hidup (Eudaimonia)Â
Makna ini adalah makna kebahagiaan hidup yang lebih mendalam, yang timbul dari kepuasan hati dan perasaan.Â
Hal ini berkaitan dengan mindset, bagaimana memaknai hidup. Menyukuri apa yang telah diperoleh, kemudian menikmatinya dengan bahagia.Â
Orang yang berbahagia akan merasa ringan menjalani hidup. Tidak merasa berat, tapi menikmati dan mengalir bersama arus kehidupan.Â
Nyaman menjalani apa yang harus dijalankan sebagai anugerah Illahi yang harus disyukuri.Â
Sedang menurut Martin Seligman,
 "Kebahagiaan adalah keadaan psikologis positif, di mana seseorang telah merasakan kepuasaan hidup, pikiran, dan perasaan positif dalam menjalani kehidupan"
Bagi saya pribadi, mudik adalah sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan.Â
Di saat mudik kita bisa mengenang peristiwa-peristiwa manis yang telah menjadi bagian dari kehidupan.Â
Mudik adalah kembali ke kampung halaman yang tak terlupakan, di mana kita dilahirkan.Â
Mudik adalah kembali ke tempat di mana kita pernah menghabiskan suatu masa tertentu yang tetap terpatri sampai suatu saat nanti hidup kita harus diakhiri.Â
Mudik adalah silaturahmi terhadap orang tua, kerabat dan saudara.Â
Mudik adalah mungkin sesuatu yang tidak masuk akal bagi kaum kapital.Â
Rela bermacet-macet ria.Â
Rela berdesak-desakan dalam moda transportasi.
 Rela menempuh perjalanan berhari-hari. Rela berkorban waktu, tenaga, dan biaya untuk kembali ke kampung yang penuh kenangan.Â
Tapi justru itulah istimewanya mudik.Â
Mudik, bisa jadi menghubungkan kehidupan masa lalu dan masa kini.Â
Bagaimana menurut kompasianer dan pembaca?Â
Adakah yang tidak punya kampung halaman untuk mudik?Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H