Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Batu Menangis dan Etos Kerja Gen Z Diawali dengan P5

24 Februari 2023   13:11 Diperbarui: 24 Februari 2023   17:10 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membahas etos kerja gen Z, pastilah tidak bisa dilepaskan bagaimana mereka ditempa dan mendapatkan pendidikan karakter yang kini diadopsi di kurikulum merdeka dengan nama P5. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. 

Di SMAN 1 Dolopo Madiun, P5 yang dengan tema Kebhinekaan tunggal dalam bingkai nasionalisme ini melatih siswa untuk merancang pementasan budaya dari salah satu pulau atau propinsi di Indonesia, termasuk makanan khasnya. 

Terlihat bagaimana mereka berusaha berkomitmen menampilkan yang terbaik atas ide dan kreasi masing-masing kelas untuk mempresentasikan kebudayaan daerah sesuai pilihan masing-masing. 

Sebagaimana karakter generasi Z  adalah kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi,dengan keterampilan multitasking. 

Mempunyai pemikiran yang kritis dan analitis, kecenderungan pada kerja tim dan kolaborasi, serta kepedulian pada isu-isu sosial dan lingkungan. 

Tari pribumi (dokpri) 
Tari pribumi (dokpri) 

Hal ini sejalan dengan profil pelajar Pancasila yang diharapkan. 

Dilansir dari  portal kemendikbud.go.id, Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat. 

Pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 

Enam ciri utama pelajar Pancasila adalah :

  • Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. 
  • Berakhlak mulia
  • Berkebinekaan global
  • Bergotong royong, 
  • Mandiri
  • Bernalar kritis dan kreatif.

 Generasi Z juga cenderung mencari keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, dan mementingkan inklusivitas dan keberagaman dalam lingkungan kerja.

Tari batu menangis (dokpri) 
Tari batu menangis (dokpri) 

Di Era kecerdasan buatan, karakter gen Z itu semakin berkembang dan mendapat dukungan dari adanya ChatGPT AI yang mulai membayangi kehidupan manusia. 

Menguntungkan sekaligus mengancam mengambil alih peran manusia dalam menjalani kehidupan maupun pekerjaan. 

Presentasi makanan daerah Kalimantan dari kelas X Merdeka 5 (dokpri) 
Presentasi makanan daerah Kalimantan dari kelas X Merdeka 5 (dokpri) 

Coba perhatikan, bagaimana mereka menyiasati keribetan menghadirkan wujud nyata makanan daerah dengan gambar. 

Alih-alih mempersembahkan makanan jadi, mereka justru menghadirkan dalam bentuk gambar makanan dan namanya. Choi pan, soto Banjar, kue lam, petah dan tahilala. 

Mereka juga melibatkan tekhnologi internet dalam menggali informasi yang mendukung pementasan. Menghadirkan ide, kreasi dan pemikiran dalam pementasan yang serius. 

Dalam hal ini, kelas X Merdeka 5 memilih sendiri legenda yang akan ditampilkan, yaitu Legenda Batu Menangis dari Pulau Kalimantan. Tepatnya Kalimantan Barat. 

Legenda Batu Menangis

Di pulau Kalimantan, hiduplah seorang gadis cantik bernama Darmi bersama ibunya yang sudah janda. 

Salah satu adegan dalam legenda Batu menangis (dokpri) 
Salah satu adegan dalam legenda Batu menangis (dokpri) 

Sayangnya, kecantikan parasnya tidak diimbangi dengan kecantikan budinya. 

Darmi merasa malu dan tidak suka dengan ibunya. Dia memperlakukan ibunya seperti pembantu. Kerjanya hanya bersolek dan bermalas-malasan. Sungguh perilaku yang tidak boleh ditiru. 

Darmi sering membentak dan memarahi ibunya bila keinginannya tidak dituruti. 

Sebuah adegan dalam batu menangis (dokpri) 
Sebuah adegan dalam batu menangis (dokpri) 

Pada suatu hari, Darmi meminta ibunya untuk membelikan alat berdandan yang ibunya tak paham, sehingga mengajak Darmi ikut  ke pasar. 

Namun sepanjang jalan mereka tidak berjalan berdampingan. Darmi tak sudi berjalan di samping ibunya. 

Dia memilih berjalan di depan dan memakai payung dengan dandanan mewah, sementara ibunya ditinggal di belakang. 

Di pasaran pun Darmi tetap memperlakukan ibunya sebagai pembantu (dokpri) 
Di pasaran pun Darmi tetap memperlakukan ibunya sebagai pembantu (dokpri) 

Setiap kali ada orang menyapa dan menanyakan ibunya, Darmi menjawab kalau itu bukan ibunya, tapi pembantunya. 

Begitu selalu jawaban Darmi. Hal ini membuat ibunya sangat bersedih dan lara hatinya. 

Karena luka hatinya, sang Ibu yang biasanya mendoakan putrinya agar mengubah perangainya, kini mendoakan agar putrinya mendapat hukuman. 

"Ya, Allah. Hamba mohon, hukumlah putri hamba. Hamba sudah tak kuat ya Allah! "

Sang Ibu berdoa dengan berlinang air mata dalam kesedihannya. 

Darmi jatuh bersimbuh, kakinya kaki tidak bisa digerakkan, dan pelan-pelan membatu (dokpri) 
Darmi jatuh bersimbuh, kakinya kaki tidak bisa digerakkan, dan pelan-pelan membatu (dokpri) 

Tiba-tiba petir menyambar. Mendadak Darmi tak bisa menggerakkan kakinya dan terjatuh. Perlahan tubuhnya mengeras. 

Darmi mengangis, "Ibu tolong aku. Maafkan aku! "

Tapi semua sudah terlambat, tubuh Darmi membatu, hanya air matanya yang terus memancar dari batu menunjukkan penyesalannya. 

Sejak saat itu, batu yang mengeluarkan air itu disebut batu menangis. 

Tubuh Darmi mengeras menjadi batu. Sang Ibu menangisi kekhilafannya, tapi semua sudah terlanjur (dokpri) 
Tubuh Darmi mengeras menjadi batu. Sang Ibu menangisi kekhilafannya, tapi semua sudah terlanjur (dokpri) 

Pesan moral

  • Sayangi dan hormati orang tua, khususnya Ibu. 
  • Ridho dan murka orang tua adalah ridho dan murka Tuhan. 
  • Jangan jadi anak durhaka.

Selesai pementasan legenda batu menangis, dan sekaligus tarian batu menangis, acara dilanjutkan gerak dan lagu dengan menyanyikan lagu ampar-ampar pisang. 

Menyanyikan lagu ampar-ampar pisang. Lagu daerah Kalimantan (dokpri) 
Menyanyikan lagu ampar-ampar pisang. Lagu daerah Kalimantan (dokpri) 
Seperti biasanya, pementasan ditutup dengan penampilan semua anggota kelas. 

Semua tampil dan berpartisipasi sesuai dengan minat dan keinginan. 

Semua anggota kelas tampil tanpa kecuali (dokpri) 
Semua anggota kelas tampil tanpa kecuali (dokpri) 

Acara dilanjutkan penampilan kelas lain. 

Kita ulas lain waktu. 

Jangan lupa taat pada Tuhan dan orang tua. Sayangi orang tua, sebagaimana menyayangi kita di waktu kecil. 

Salam.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun