Sayangnya, kecantikan parasnya tidak diimbangi dengan kecantikan budinya.Â
Darmi merasa malu dan tidak suka dengan ibunya. Dia memperlakukan ibunya seperti pembantu. Kerjanya hanya bersolek dan bermalas-malasan. Sungguh perilaku yang tidak boleh ditiru.Â
Darmi sering membentak dan memarahi ibunya bila keinginannya tidak dituruti.Â
Pada suatu hari, Darmi meminta ibunya untuk membelikan alat berdandan yang ibunya tak paham, sehingga mengajak Darmi ikut ke pasar.Â
Namun sepanjang jalan mereka tidak berjalan berdampingan. Darmi tak sudi berjalan di samping ibunya.Â
Dia memilih berjalan di depan dan memakai payung dengan dandanan mewah, sementara ibunya ditinggal di belakang.Â
Setiap kali ada orang menyapa dan menanyakan ibunya, Darmi menjawab kalau itu bukan ibunya, tapi pembantunya.Â
Begitu selalu jawaban Darmi. Hal ini membuat ibunya sangat bersedih dan lara hatinya.Â