Tujuan kami selanjutnya adalah Alun-alun Caruban dan "sowan" ke Ibukota Kabupaten Madiun yang terdapat di Caruban.Â
Sejak pemerintahan Kabupaten Madiun dipindah ke Caruban, kami sebagian besar penduduk Kabupaten Madiun jadi jauh.Â
Tempat tinggal kami di wilayah Kabupaten Madiun ujung Selatan. Sedang Ibukota Kabupaten Madiun berpindah ke ujung timur Kabupaten, di Caruban.Â
Logo dan slogan Kabupaten Madiun adalah Kota Budaya dengan slogan Kampung pesilat, karena di Madiun banyak berdiri perguruan silat.Â
Menjelang Maghrib kami sampai di tujuan, dan parkir di dekat Masjid Quba, Masjid Agung Kabupaten Madiun yang terdapat di barat Alun-alun.Â
Waktu maghrib tiba, kumandang adzan mengalun merdu dan syahdu. Mengetuk hati dan nurani untuk memenuhi panggilanNya.Â
Kami menunaikan shalat maghrib berjama'ah dengan tertib dan khusyuk.Â
Selepas maghrib kami istirahat sejenak, kemudian menuju ke Pendopo Ronggo Jumeno di depan Kantor Kabupaten Madiun.Â
Kalau sowan kan biasanya disuruh menunggu di pendopo, hehehe...Â
Di sekeliling Alun-alun banyak lapak pedagang makanan dan minuman. Tapi kami serombongan sudah membawa bekal sendiri. Nasbung yang disediakan oleh Mbak Risa. Tentunya lebih murah dan sehat. Tapi kalau masih tetap ingin jajan juga boleh.Â
Sedang di alun-alunnya sendiri, di malam hari terlihat gelap. Tapi di Pendopo terlihat terang, sehingga kami  memutuskan untuk makan malam bersama di Pendopo dengan menggelar tikar. Asyik kan. Hehehe..Â
Di Pendopo juga ada pemusik yang asyik menyanyi diiringi organ tunggal.Â
Makan bersama terasa nikmat. Kapan lagi seRT bisa guyup rukun makan bersama lesehan, sambil sowan ke Ibukota Kabupaten. Hehehe..Â
Terkadang kebersamaan dan wisata tidak harus pergi ke tempat yang jauh. Tempat yang dekatpun akan memberikan kenangan yang berkesan.Â
Sementara itu, di malam minggu yang cerah, hiburan untuk anak-anak memenuhi depan Pendopo.Â
Istana karet, mandi bola, dan sepeda motor dan mobil mini yang disewakan mendapat perhatian terbanyak dari para keluarga bersama putra putri kecilnya.Â
Saya mendekati seorang bapak yang menyewakan mobil dan motor mini.Â
"Ini disewakan, Pak" Tanya Saya.Â
"Iya, Bu,! "
"Berapa sewanya? Â Per putaran atau bagaimana? "
"Empat ribu per 15 menit Bu! "
"Setelah 15 menit mesinnya mati? "
"Iya, Bu! "
Pantesan tadi ada anak yang cuma mendorong-dorong motornya, rupanya waktunya sudah habis, tapi belum bersedia mengembalikan. Pak tukang sewa membiarkannya.Â
Sedang yang masih aktif mesinnya, dinaiki anak-anak dengan rasa puas dan bahagia, bagai crosser cilik.Â
 Sepertinya motor dan mobil mini ini memakai tenaga listrik dan harus dicharge. Sepertinya mengasyikkan. Sayangnya anak-anak saya sudah dewasa. Mungkin kalau sudah punya cucu bisa diajak ke sini. Eh...Â
Di kejauhan, Kantor bupati kabupaten Madiun terlihat terang. Tapi kami hanya bisa melihat dari kejauhan.Â
Hari semakin malam dan gelap. Kami harus segera pulang. Apalagi rumah saya juga kosong, dan lupa tadi berangkat belum dikunci. Padahal suami saya sedang reuni menginap di Magetan sampai minggu sore.Â
Saatnya kembali ke rumah, semoga nanti malam semua mimpi indah.Â
Nyuwun pamit Eyang Ronggo Jumeno,nyuwun pangapunten nembe saged sowan sakpunika. hehehe...Â
(Mohon pamit Eyang Ronggo Jumeno, Mohon maaf baru bisa menghadap sekarang, hehehe)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H