Tapi bisa jadi, hal ini juga ditunjang oleh kemajuan tekhnologi, yang menjadikan manusia mudah sekali terhubung dengan manusia lain di seluruh penjuru dunia.Â
Otomatis semakin banyak pula orang yang bisa dihubungi untuk berderma. Maka semakin banyak pula cuan yang bisa dikumpulkan.Â
Mungkin kejengkelan orang dengan menyebut kata mengemis online, karena begitu mudahnya orang meminta donasi, bahkan yang sebenarnya tidak membutuhkan.Â
Seperti kasus Aldhila Jelita yang meminta donasi untuk suaminya, Indra Bekti yang sakit dan membutuhkan biaya perawatan yang besar.Â
Terjadi pro dan kontra dalam hal ini. Ada yang membenarkan sebab kondisi suaminya benar-benar butuh perawatan dengan biaya yang besar, tapi di lain pihak, ada yang menyarankan menjual harta bendanya untuk membayar biaya perawatan suaminya.Â
Kalau untuk kasus ini, saya memilih tidak berpendapat. Kalau mau membantu  silakan. Kalau tidak mau membantu lebih baik diam.Â
Kembali dengan mengemis online yang disamakan dengan konten kreator, boleh saja berpendapat begitu asal para konten kreator tidak tersinggung sehingga menimbulkan kegaduhan.Â
Di satu sisi mereka memang meminta-minta. Tapi di lain sisi, mereka juga memberi imbalan kepuasan pada donatur nya, tidak semata-mata menadahkan tangan untuk meminta cuan.Â
Seyogyanya, konten-konten video yang marak dan viral jangan disamakan dengan pengemis yang membutuhkan sedekah untuk makan, sebab mereka juga kaum profesional yang mendapat cuan dengan berkarya.Â
Tentunya sudah ada rambu-rambu yang harus ditaati, tidak malah mengeksploitasi kaum duafa untuk mendapatkan cuan demi kepentingan pribadi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H