Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Durian Bukit Tursina dari Bruno

2 Januari 2023   09:51 Diperbarui: 3 Januari 2023   05:24 1503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2022 telah berlalu. Tahun yang ditutup dengan rasa duka mendalam, semoga berbalik terisi hari-hari cerah di tahun baru 2023.

Minggu terakhir 2022 yang terisi musibah dan doa, semoga menjadi awal tahun 2023 yang penuh refleksi dan optimisme menjelang hari esok. 

Seorang famili yang membantu penyelenggaraan selamatan ibu selama 7 hari bercerita kalau menerima pesanan durian. 

Di daerah Purworejo dan sekitarnya memang musim durian mulai tiba. Meski belum mencapai puncaknya, tapi penjual durian mulai banyak ditemukan. 

Kebetulan sekali, salah satu saudara yang tinggal di Tursina, sebuah desa di Kecamatan  Kutoarjo, Kabupaten Purworejo juga biasa memasarkan durian. 

Adikkupun memesannya, karena kebetulan setiap hari dia datang ke rumah untuk ikut membantu selamatan ibu selama 7 hari. 

Tapi ternyata, durian yang dipasarkan bukan berasal dari Tursina (Tursino), tapi berasal dari bruno. Bruno merupakan bsalah satu daerah penghasil durian di Purworejo. 

Daerah penghasil Durian di Purworejo antara lain :

1. Bruno

Bruno adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Purworejo. 

Bruno terletak di daerah berbukit dengan jalan yang lumayan sulit, sehingga membuat daerah ini agak terpencil. 

Namun begitu, pemandangan alam di Bruno sangat indah, membutuhkan polesan dan penanganan untuk menjadikan Bruno sebagai daerah wisata. 

Bruno kaya hasil bumi seperti manggis, durian, cengkih, dll. 

Durian lokal Bruno mempunyai ciri khas tersendiri, meski sekarang jenis durian yang ditanam semakin beragam. 

Durian lokal dari Bruno, daging buahnya tidak terlalu tebal, tapi legit (dok.IYeeS) 
Durian lokal dari Bruno, daging buahnya tidak terlalu tebal, tapi legit (dok.IYeeS) 

Sejarah Nama Bruno

Bruno yang seperti nama bahasa asing ternyata berasal dari nama "Buruane ora Ono (Buruannya tidak ada). 

Konon dikisahkan dari mulut ke mulut, Pada saat terjadi perang Diponegoro (1925-1930). Pangeran Diponegoro yang telah berhasil mengambil alih daerah Bagelen, dikejar-kejar atau diburu oleh tentara Belanda. 

Pangeran Diponegoro bersama pengawalnya, Raden Gajah Permada berlari ke arah barat, hingga sampai di daerah Bruno. 

Raden Gajah Permada mempunyai ajimat, yang jika dipakai di jempolnya, maka bisa berubah menjadi macan. 

Saat itu Pangeran Diponegoro dan Raden Gajah Permada terdesak. 

Raden Gajah Permada segera memakai ajimat di jempolnya dan berubah menjadi macan yang segera menggendong Pangeran Diponegoro dan segera memanjat pohon yang sangat besar untuk bersembunyi. 

Pasukan Belanda yang sampai di bawah pohon tidak bisa menemukan Pangeran Diponegoro dan hanya berputar-putar tanpa menengok ke atas. 

Sejak saat itu, tempat persembunyian Pangeran Diponegoro dan sekitarnya dinamai Bruno (buruane ora ono), sebab buruannya tidak ada(menghilang). 

2. Kaligesing

Kaligesing adalah daerah penghasil durian yang terkenal. 

Durian, salah satu buah ikon daerah Purworejo (dok.IYeeS) 
Durian, salah satu buah ikon daerah Purworejo (dok.IYeeS) 

Di samping itu, Kaligesing juga terkenal sebagai daerah penghasil kambing etawa. Kambing raksasa berukuran menyamai anak sapi dan bertelinga panjang dan lebar. 

Kaligesing juga menjadi daerah asal tari dolalak. 

Buah manggis juga banyak ditemukan di daerah ini. 

Konon dalam legenda yang diturunkan turun temurun, asal-usul daerah Kaligesing, Kaligono dan watu belah, sebagai Berikut:

Dahulu kala, seorang Prajurit majapahit yang gagal mengalahkan Minak Jinggo, adipati Blambangan yang terkenal dengan gada wesi kuningnya, malu untuk kembali ke Majapahit. Brojosingo bersama Brojonolo dan Brojontoko terkenal sebagai Prajurit yang tangguh. Tidak heran, kegagalan mengalahkan Minak jinggo merupakan aib. Sehingga Brojosingo menjauh ke arah barat hingga sampai di Daerah Bukit Menoreh. 

Brojosingo menetap di daerah Bukit Menoreh dan hidup bertani dibantu para pengawalnya. 

Brojosingo menetap bersama istri dan kedua anaknya, Dewi talakbroto, dan Raden Caranggesing. 

Raden Caranggesing tumbuh menjadi pemuda yang sakti dan keras kepala, sehingga tidak ada seorangpun yang berani menentang kata-katanya. 

Raden Caranggesing gemar berkuda keliling desa. Sehingga pada suatu saat, jalannya terhalang rumpun bambu. Rumpun bambu itu dihancurkan dengan kesaktiannya dan hancur tak berbekas. Bahkan batu-batu besar di sekitar nya ikut hancur dan terbelah. Sejak saat itu, daerah tersebut dinamai watu belah. 

Anak kedua Brojosingo adalah seorang putri yang bernama Dewi Talak Broto. 

Rambutnya sangat panjang, sehingga jika bepergian, para pengawal akan membantu memegangi rambutnya. 

Suatu hari, Dewi Talak Brata mandi di sungai bersama para emban. Saking asyik bermain di sungai, tidak sadar banyak ikan yang tersangkut dirambutnya yang panjang dan lebat. 

Dewi talak Brata dan para emban bersuka cita dan mengumpulkan ikan-ikan yang tersangkut di rambut Dewi Talak brata. 

Namun sesampai di rumah, Raden Caranggesing justru mencurigai adiknya telah berbuat mesum dengan penangkap ikan. 

Dewi Talak Brata sangat sedih dan terhina dengan tuduhan kakaknya yang sangat menyakitkan hati. 

"Kakang sungguh keterlaluan, " Kata Dewi Talak Brata sambil merebut keris kakaknya. 

Keris itu dipergunakan untuk memotong habis rambutnya. 

Raden Caranggesing sangat kaget, dan ingin merebut kembali kerisnya. 

Tapi Dewi Talak Brata justru menikamkan kerisnya ke tubuhnya sendiri dan tewas seketika. 

Raden Brojosingo hanya termangu melihat pertikaian kedua putra putrinya. 

Dalam kesedihannya, dia menamai Kali tempat Dewi Talak Brata mandi sebagai Kaligono. Kali berarti sungai dan gono dari kata merGo oNo yang artinya karena ada. 

Arti selengkapnya mergo ono kali (karena ada di sungai). Hal itu terjadi karena Dewi talak Brata ada di sungai untuk mandi,maka terjadilah peristiwa bunuh diri Dewi Talak brata. Sejak saat itu daerah tempat Dewi Talak Brata mandi, dinamai Kaligono. 

Sedangkan daerah sekitar sungai dinamai Kali gesing, sebab di samping banyak sungai, di daerah itu juga banyak terdapat bambu (gesing). 

Sejak saat itu daerah sepanjang Bukit Menoreh itu dinamai Kaligesing. 

Purworejo kota durian (dok.IYeeS) 
Purworejo kota durian (dok.IYeeS) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun