Namun begitu, pemandangan alam di Bruno sangat indah, membutuhkan polesan dan penanganan untuk menjadikan Bruno sebagai daerah wisata.Â
Bruno kaya hasil bumi seperti manggis, durian, cengkih, dll.Â
Durian lokal Bruno mempunyai ciri khas tersendiri, meski sekarang jenis durian yang ditanam semakin beragam.Â
Sejarah Nama Bruno
Bruno yang seperti nama bahasa asing ternyata berasal dari nama "Buruane ora Ono (Buruannya tidak ada).Â
Konon dikisahkan dari mulut ke mulut, Pada saat terjadi perang Diponegoro (1925-1930). Pangeran Diponegoro yang telah berhasil mengambil alih daerah Bagelen, dikejar-kejar atau diburu oleh tentara Belanda.Â
Pangeran Diponegoro bersama pengawalnya, Raden Gajah Permada berlari ke arah barat, hingga sampai di daerah Bruno.Â
Raden Gajah Permada mempunyai ajimat, yang jika dipakai di jempolnya, maka bisa berubah menjadi macan.Â
Saat itu Pangeran Diponegoro dan Raden Gajah Permada terdesak.Â
Raden Gajah Permada segera memakai ajimat di jempolnya dan berubah menjadi macan yang segera menggendong Pangeran Diponegoro dan segera memanjat pohon yang sangat besar untuk bersembunyi.Â