Setahun setelah menikah, putra pertamaku lahir.
Tulisan ibu yang rapi dan cantik menghiasi sebuah buku diari. Hari, tanggal, bulan dan tahun terukir rapi.
Sebagai seorang guru, mungkin soal menulis juga mendapat perhatian.
Ibu dari SMA, kemudian melanjutkan ke PGSLP.
Berbeda dengan bapak, dulu memang sudah sejak awal bersekolah di SPG.
Anehnya, tulisan bapak dan Ibu mirip. Bahkan model tanda tangannya juga mirip. Padahal bapak dan ibu hidup dalam dekade yang berbeda.
Empat tahun kemudian, tepatnya 7 bulan persis, lahir putri keduaku yang unik. Berkulit gelap dan penuh rambut.
Tapi 40 hari kemudian, dengan ASI yang kuberikan,putriku tumbuh montok dan kulitnya menjadi cerah.
Menurut cerita bapak dan ibu, saat baru lahir saya berkulit gelap, kurus, dan penuh rambut. Eh...
Tapi sekitar satu bulan setengah kemudian, saat aku diajak pergi-pergi, Orang-orang menjadi pangling, karena aku tumbuh montok dan berkulit kuning.
Duapuluh bulan kemudian, aku kembali melahirkan seorang putra.
Diikuti adiknya seorang putri sebagai anak keempat, limabelas bulan kemudian.
Ibu sangat hafal tanggal lahir putra putrinya. Di samping dicatat, juga hafal luar kepala.
Bahkan sampai kini, saat kami semua sudah berkeluarga, Ibu hafal ulang tahun para menantu dan cucu-cucunya juga. Termasuk ulang tahun pernikahan kami semua.
Biasanya, di grup WA keluarga, obulah yang pertama kali mengu
Ibu juga sangat teliti mencatat kebutuhan bulanan dan mengatur keuangan.
Tak heran, ibu pernah jadi bendahara desa dan ketua koperasi.
Bahkan merintis kegiatan di RW sejak jaman baheula.
Sebagai seorang guru, dahulu setiap kenaikan kelas, ibu mendapat hadiah kejutan dari murid-muridnya, meski sebuah jam dinding, atau bahkan makanan kecil atau makanan berat, itu merupakan wujud kecintaan murid-muridnya pada Ibu.
Sampai kini di usia senja, ibu sering bertemu teman-teman sesama alumni, maupun alumni sekolah tempat ibu mengajar dulu.
Biasanya ada muridnya dahulu yang mengantar jemput ibu saat diadakan reuni.
Di Hari ibu ini, hanya satu yang kupinta pada Allah. Yaitu kesehatan Ibu. Semoga Allah SWT mengabulkan.
Allāhumma rabban nāsi, adzhibil ba'sa. Isyfi. Antas syāfi. Lā syāfiya illā anta syifā'an lā yughādiru saqaman
Artinya: "Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan penyakit kecuali Engkau, dengan kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit (HR.Bukhari)
Ibu,
Seandainya gawai ini kupegang setiap waktu untuk menuliskan semua jasamu, itu takkan cukup.
Ibu,
Jika kulanjutkan keikhlasan melahirkan dan mendidik anak-anakku, itu belum cukup untuk membalas segala yang telah kaulakukan untukku.
Ibu,
Jika kurangkai puisi indah hanya untukmu, itu tak sebanding dengan semua pengorbananmu.
Ibu,
Tiada hadiah buat hari ibu untukmu, kecuali doa-doa yang terpanjat dalam bisikku kepadaNya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H