Siapa tak kenal pecel? Kuliner berbahan sayuran yang disiram sambal kacang ini merupakan salah satu makanan favorit saya.Â
Pecel melambangkan kehidupan yang penuh warna. Beragam sayuran, dari yang hambar dan segar seperti tauge, yang pahit seperti daun pepaya, yang mempunyai aroma khas seperti kemangi, Bercampur dengan siraman bumbu legit penuh cita rasa akan menjadi hidangan lezat yang menggoda selera.Â
Begitu juga kehidupan, meski pahit, asam, asin, manis, kalau kita bisa pas menjalani dan mensyukurinya akan terasa nikmat.Â
Secara etimologi, dalam bahasa Jawa, bahwa pecel dapat diartikan sebagai 'tumbuk' atau 'dihancurkan dengan cara ditumbuk' (Wikipedia)Â
Diduga pecel sudah dikenal sejak abad 9 Masehi.Â
Dilansir dari kompas.com, Prof. Murdjiati Gardjito, ahli gastronomi dari UGM, mengungkapkan bahwa sajian pecel disebutkan dalam salah satu teks sejarah yaitu Babad Tanah Jawi.
Dalam buku yang berjudul Babad Tanah Jawi diceritakan bahwa Ki Gede Pamanahan beristirahat di Dusun Taji saat melakukan perjalanan ke Tanah Mataram. Di dusun tersebut, Ki Ageng Karang Lo menyiapkan jamuan untuk Ki Gede Pamanahan, yakni nasi pecel, daging ayam, dan sayur menir (bayam)
Salah satu pecel yang terkenal di era sekarang adalah pecel Madiun.Â
Madiun merupakan salah satu kota pecel yang terkenal. Tak heran Madiun membuat ikon pecel land di salah satu sudut kotanya.Â
Selain Madiun, kota lain juga mempunyai keunikan kuliner pecelnya.Â
Di Ponorogo, ada pecel pojok yang sangat viral.Â
Di Magetanpun kuliner pecel sangat mudah ditemukan.Â
Saya juga sudah pernah merasakan kelezatan pecel Blitar yang legit, di area lokasi makam proklamator kita, Ir Soekarno.Â
Salah satu pecel yang kerap saya datangi adalah pecel di alun-alun Magetan.Â
Favorite saya pecel Babat. Pecel dengan lauk Babat yang digunting kecil-kecil sehingga mudah dikonsumsi.Â
Sedang favorit suami saya pecel paru.Â
Di samping itu ada lauk pelengkap seperti rempeyek, tempe tepung, dadar jagung, bakwan, dan gorengan lain.Â
Macam lauk yang tersedia di sini sangat beragam. Dari ayam, daging, telur, telur puyuh, ati ampela, sampai iwak kali dengan cara memasak yang beragam pula.Â
Ada Semur, terik, dadar, opor, lapis,kremes, sampai yang cuma digoreng saja.Â
Dalam penyajiannya, kalau suka, penjualnya akan menambahkan kering tempe dan srundeng yang akan memperkaya rasa dan memperbesar porsi tentunya, hehehe..Â
Pecelnya dominan manis tapi rasanya pas. Manisnya tidak berlebihan. Seperti akyuuu... Eh. Malah jadi ngakak sendiri.Â
Tapi benar, saya tidak bohong. Pecelnya rasanya pas, dan legit sambal kacangnya terasa balance.Â
Pernah saya mencoba pecel yang juga menyediakan lauk beragam, tapi sambal kacangnya tidak legit, dan tidak menyatu.
 Terasa hambar. Bahkan nasinya keras. Lengkap sudah kekecewaan saya dan terkapok-kapok.Â
Padahal saya sudah banyak memfoto sebagai bahan tulisan. Akhirnya saya hapus lagi biar tidak membuat memori penuh. Bagi saya, sesuatu yang tidak rekomended, tidak layak ditulis. Eh..Â
Kalau pecel yang ini sudah lama membuat saya jatuh cinta. Tak heran, sekali jatuh cinta susah berpindah ke lain hati. Kalau ke alun-alun Magetan, pasti beli sarapannya di sini. Cieee...Â
Pecel Babat ini juga ramah kantong, karena per porsinya cuma 13 ribu rupiah.Â
Kalau mau lauk peyek/tempe, bahkan cuma 5 ribu rupiah.Â
Tertarik? Silakan datang ke alun-alun Magetan, dan cari di area kuliner. Pasti mudah ditemukan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H