Aku bilang, gado-gadonya yang juara. Tentu saja, karena gado-gado yang kusuka.Â
Bumbu kacang dengan bawang merah dan bawang putih serta cabe dan dimasak dengan santan dengan rasa dominan manis itu terasa pas di lidahku.Â
Begitu pula kamu. Kamu anggap gule kikil dengan irisan tahu dan tauge, Â lontong dan sambal pedas sangat pas di lidah.Â
Ah.. Itu tak masalah, toh masing-masing kita mempunyai lidah sendiri-sendiri yang bebas memilih menu.Â
Dari makanan pun kita bisa bertoleransi. Indah bukan?Â
Tak perlu hiraukan nyinyiran orang yang tak suka.Â
Sesekali aku membuat sendiri gado-gado. Saat itu tentunya kamu mengikuti seleraku, sebab hanya itu yang tersedia di meja. Aku curang? Tentu tidak. Kan aku yang masak, jadi aku boleh menentukan menu.Â
Kali ini, untuk kesekian kalinya kita berdua nongkrong di restoran Pak Tomo.Â
Aku ingin memberi surprise untukmu. Kuingin pesan tahu campur, agar kita bisa menikmati menu bersama.Â
Sesekali mempunyai selera sama  biar aku mengalah, berlatih tidak egois, menekan keakuan.Â