Ahad, 6 November 2022..
Huu.. Ha!.... Huuu.. Ha... Alunan musik mengiringi 2 penari Bedoyo Jati, tari khas Banyuwangi menyambut kedatangan Bapak Bupati.Â
Kedua penari tetap bergerak lincah gemulai, dan disambut applaus dari penonton dan Bapak Bupati yang baru tiba ketika tarian usai.Â
Hari itu diadakan acara Semarak Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke -48 yang diadakan di Dusun Buluh, Desa krandegan, Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.Â
Jangan mencari penghidupan dari Muhammadiyah, tapi hidupilah Muhammadiyah (KH Ahmad Dahlan)Â
Ada panggung yang didirikan, tetapi pentas seni dan budaya dilaksanakan di depan panggung di tanah lapang terbuka, sehingga meski banyak kerumunan, tidak terjadi desak-desakan. Relatif aman untuk menjaga kemungkinan terjadinya insiden yang banyak terjadi di keramaian.Â
Managemen kerumunan seperti ini penting, perlu dilakukan sebelum diadakannya suatu acara untuk meminimalisir resiko yang terjadi jika massa berkerumun.Â
Acara semarak muktamar ini diawali dengan jalan santai mengitari salah satu pojok desa Krandegan yang memakan waktu kurang lebih 1 jam.Â
Meski acara ini dilaksanakan berdekatan dengan jalan raya, tapi ketertiban lalu lintas tetap terjaga. Masyarakat tetap cerdas berlalu lintas. Sementara polantas juga tetap dikerahkan untuk menjaga ketertiban dan kelancaran lalu lintas dibantu masyarakat sekitar.Â
Setelah peserta jalan santai kembali ke lokasi acara, pembacaan undian hasil dorprize mewarnai acara muktamar.Â
Dilanjutkan Lantunan lagu Habibie oleh salah satu siswa TK ABA Dolopo.Â
Selanjutnya tarian Bedoyo Jati dari Banyuwangi yang menyambut kedatangan Bapak Bupati Madiun beserta istri dan para staf yang mengikuti.Â
Bapak Bupati langsung meninjau bazar yang diadakan dan mengunjungi lomba mewarnai yang juga diadakan dalam rangkaian acara muktamar.Â
Sementara acara hiburan dan pentas budaya tetap berlangsung. Berhubung pengisi acara selanjutnya belum siap, acara diisi nyanyian dari wali band.Â
Si Udin datang kepadaku
Saat itu malam pukul tujuh Dia bertanya doa bahagia
Ku jawab inilah doanya....
Robbana atina fiddunya hasanah
Wa fil akhiroti hassanah Wa qina adza bannar..
Robbana atina fiddunya hasanah
Wa fil akhiroti hassanah Wa qina adza bannar..Â
Tak lama Tari gebyak anting-anting dipentaskan oleh siswi MI Muhammadiyah Dolopo yang menari dengan luwes dan lucu.Â
Perguruan Tapak suci dari Pesantren Muhammadiyah Madiun menampilkan Seni Pencak Silat yang memukau.Â
Selain melestarikan budaya silat yang sangat bermanfaat untuk perlindungan diri dan kebugaran tubuh, seni pencak silat yang disuguhkan sebagai seni tari ini menyuguhkan pertunjukan yang sangat cantik dan khidmad.Â
Diawali penampilan ustadzah yang bergerak gemulai namun tangkas dan cekatan membuat saya terpesona. Gerakannya yang indah tapi bertenaga dan berbahaya bila berhadapan dengan musuh begitu apik dan sempurna. Tangkas dan lincah, tapi diperhitungkan dengan cermat.Â
Jurus pedang dan kipas dibawakan secara apik, seolah membius perhatian penonton.Â
Gerakan koprolpun dilakukan dengan halus dan sigap, tapi penuh tenaga.Â
Selain jurus kipas, jurus pedang, jurus tongkat dan koprol, para pesilat juga memperagakan jurus harimau yang dilakukan bersama-sama. Jurus ini memperagakan gerakan yang biasa dilakukan harimau.Â
Ketika Perguruan tapak suci selesai menampilkan seni pencak silat, acara dilanjutkan dengan pentas reog.Â
Pementasan reog yang dilakukan oleh siswa siswi SMK Muhammadiyah 3 Dolopo ini juga bertujuan untuk Nguri-uri budaya reog yang sempat diklaim negara lain, sehingga Indonesia harus mendaftarkan reog sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.Â
Salah satu dukungan tentunya dengan mementaskan reog dalam berbagai acara sehingga tetap lestari dan terjaga keberlangsungannya dalam kehidupan budaya Indonesia, dan masyarakat Ponorogo dan sekitarnya, termasuk Madiun, Ngawi dan Magetan.
Penampilan Reog Terdiri dari 3 sesi, yaitu :
1. Penampilan Dadak Merak
Penari dadak merak menari menggambarkan Singo barong yang berjumpalitan. Sementara seekor merak bertengger di surai atau mahkotanya.Â
Dikisahkan bahwa Singo barong yang sakti merasa resah karena kutu yang banyak terdapat di tubuhnya. Tapi burung merak yang merupakan burung kesayangan Prabu Kelana Swandana bertengger di kepala Singo barong dan mematuki kutu yang terdapat di kepalanya.Â
Singo barong yang merasa nyaman menjadi lengah, sehingga bisa dengan mudah dikalahkan oleh Prabu Kelana Swandana.Â
2. Penampilan penari jaranan/jathilan.
Penari jathilan ini biasanya diperagakan oleh perempuan bercelana pendek dan memakai kaos kaki panjang atau stocking. Tapi kali ini sudah diadaptasi dengan kostum tertutup, karena ditarikan oleh siswi -siswi SMK 3 Dolopo yang juga bertujuan untuk mengedukasi.Â
Penari jaranan menggambarkan pasukan yang menyertai Prabu Kelana Swandana untuk melamar Dewi Songgolangit.Â
Pengiring yang diminta adalah satria kembar, sehingga biasanya berkostum seragam dengan jumlah genap dan mengendarai kuda (lumping).Â
3. Penampilan Tari Bujang Ganong
Bujang Ganong adalah Patih dari Kerajaan Bantar angin yang berwajah buruk karena bertopeng.Â
Penari Bujang Ganong biasanya menari dengan lincah disertai gerakan akrobatik seperti salto dan koprol.Â
Tariannya juga menghibur cenderung lucu dan urakan. Penarinya bergerak sangat lincah dan atraktif.Â
Tarian Bujang Ganong mengakhiri acara pentas budaya hari itu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI