Pertama kali ada teman Facebook yang bergosip, bahwa di Kompasiana penulisnya tokoh-tokoh terkenal. Kalau tidak salah sekitar tahun 2012.Â
Saya membayangkan, kompasiana adalah beyond blogging yang luar biasa. Bahkan katanya, dulu ada menteri yang ikut menulis di kompasiana. Tapi entah betul atau tidak, saya kurang tahu.Â
Baru pada tahun 2015 mencoba membuat akun Kompasiana. Saat itu tidak berpikir yang lain. Pokoknya menulis. Apa saja. Pertama kali menulis, tentang perbedaan hari raya.Â
Awal menulis banyak artikel yang saya tulis, meski tidak setiap hari, sambil sesekali menulis di blog pribadi.Â
Dari bubur Garut, sepakbola, sampai manfaat blimbing wuluh mengilhami tulisan saya.Â
Politik pun pernah saya tulis saat otak saya kacau dan menulis ngawur tanpa berpikir secara rasional.Â
Kalau sekarang sih enggan menulisnya. Campur aduk memang. Dan agak kompleks.Â
Padahal ada yang bilang, menulis di kompasiana itu harus disesuaikan dengan disiplin ilmu yang dikuasai, jadi akan mendapat apresiasi lebih. Tapi bagaimana kalau tidak menjadi praktisi atau tidak menjadi pekerja yang sesuai keilmuan?Â
Seperti saya, sarjana pertanian, mempunyai sertifikat akta mengajar, tapi hobi membaca, menulis, memasak, menjahit dan traveling.Â
Apakah saya harus memaksakan diri menulis tentang pertanian? Atau pendidikan?Â