Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Brumbun, Embrio Desa Wisata dalam Geliat Keterbatasan

19 Oktober 2022   12:21 Diperbarui: 19 Oktober 2022   12:26 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungai alternatif untuk tubing dan susur sungai (dokpri) 

Akhirnya Mas Adif mengijinkan kami turun kebawah, ke lokasi wisata. Ternyata jalannya berupa jalan setapak di samping masjid. Pantesan dari tadi kucari-cari tak ketemu. Hehehe.. 

Jalan setapak kecil menuju sungai (dokpri) 
Jalan setapak kecil menuju sungai (dokpri) 

Daya tarik Wisata 

Ada kerajinan dari botol bekas air mineral yang dibuat berbentuk lampu teplok dan digantung di dekat jalan turun ke sungai. 

Hiasan berbentuk lampu teplok dari botol bekas air mineral (dokpri) 
Hiasan berbentuk lampu teplok dari botol bekas air mineral (dokpri) 

Ada juga kincir air mini yang dipasang di aliran air alami yang mengalir cukup deras. 

Kincir air mini (dokpri) 
Kincir air mini (dokpri) 

Sebelum turun ke sungai, kami melewati camping ground dalam suasana yang desa banget. 

Areal yang lantainya dibiarkan tanah alami tapi sudah dibersihkan, dengan serumpun bambu di pinggirnya, dan terletak di tengah tegalan memberikan suasana alami pedesaan. 

Menurut Mas Adif, salah satu komitmen pengelola wisata tubing adalah memberikan suasana desa yang betul-betul desa. Sehingga pengunjung yang merasa pulang ke desa, akan mendapatkan suasananya. 

Bersantai di pinggir sungai, dengan suara gemercik dan gemuruh air terjun kecil atau grojokan, suara kicau burung, pepohonan yang tumbuh alami, akan memberikan suara khas pedesaan yang tentram dan damai. 

Dari camping ground, kami turun ke sungai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun