Pernah berwisata ke Singapura yang terkenal dengan ikon ikan berkepala singa yang biasa dikenal dengan patung Merlion?Â
Atau pergi ke Paris dan berselfie ria di Menara Eiffel yang terkenal itu?Â
Pernah berkunjung ke Eropa?Â
Atau malah berumroh atau menunaikan ibadah haji yang pasti tak bisa lepas dari bangunan sakral berwarna hitam berbentuk kotak, yang kita kenal sebagai kabah?Â
Uniknya, Tempat-tempat yang sangat berjauhan itu bisa dikunjungi dalam waktu kurang dari satu jam di Madiun.Â
Lho, kok Madiun?Â
Maksudnya?Â
Iya, betul. Ikon-ikon menarik itu telah dibangun miniaturnya di Madiun.Â
Sementara ini, lokasi ikon-ikon negara yang menarik itu masih menjadi ruang publik yang bisa diakses secara gratis.Â
Awalnya, pembangunan ikon-ikon Negara lain di Madiun dicibir banyak orang.Â
Ada yang menganggap pembangunan ikon negara lain itu bisa mengikis kecintaan akan budaya dan ikon milik bangsa sendiri.Â
Bahkan ada yang menertawakan dan menganggap sebagai krisis identitas.Â
Apakah begitu?Â
Tentu tidak!Â
Madiun mempunyai banyak ikon yang bisa dibangun, bermanfaat dan menjual.Â
Tercatat tugu pecel, tugu Madiun Kota pendekar, Pusat Kulinet Bogowonto, kuliner dalam kereta, dan banyak ikon lain yang bisa digarap. Kota Madiun tidak pernah kekurangan ikon.Â
Membangun ikon negara lain, tentu tidak ada salahnya untuk kepentingan edukasi dan wisata.Â
Apalagi di era global sekarang ini, mengenal kebudayaan dan ikon negara lain sudah menjadi hal lumrah.Â
Kerjasama dengan negara lain semakin diperluas.Â
Mungkin banyak teman, saudara, atau putra putri teman kita yang kuliah di negara lain dengan sistem double degree. Meski double degree juga ada yang sudah bisa dilakukan dengan kerja sama dalam maupun antar universitas di dalam negeri, tapi mengambil kuliah di luar negeri masih menjadi hal istimewa dan membanggakan bagi banyak orang.Â
Apalagi semakin banyak beasiswa kuliah di luar negeri, dari Malaysia, Singapura, Korea,Thailand,Jepang, Australia, Kanada, USA, UK, dll.Â
Tidak ada salahnya mengenal kebudayaan negara lain sejak dini. Tentunya dengan tidak meninggalkan pengenalan pada budaya negeri sendiri.Â
Di Madiun, banyak ruang publik dan ikon yang telah dibangun. Seperti Pecel Land, patung pecel, patung Kota pendekar, dan ruang publik yang telah ditata secara nyaman.Â
Ada kuliner bogowonto yang sedang dalam proses pembangunan dan penataan, berupa tempat kuliner yang berupa sebuah kereta.Â
Dalam kereta inilah yang nantinya akan menjadi lapak UMKM menggelar lapak, khususnya lapak kuliner.Â
Kembali pada Kawasan Sumber wangi, ruang publik yang berlokasi di samping balaikota ini ditata apik, terdiri dari banyak ikon menarik, di antaranya :
1. Patung Merlion.Â
Patung ikan berkepala singa ini dibangun di seberang kantor balaikota Madiun.Â
Tempat ini menjadi favorit pengunjung, sebab tempatnya cukup lapang, bersih dan nyaman. Di pinggirnya pun  tersedia bangku-bangku yang artistik, menarik, dan nyaman untuk bersantai.Â
Sementara dibelakang patung Merlion, ada galeri 6 negara yang menyediakan pernak pernik dari berbagai negara.Â
Di depan patung Merlion yang cukup luas inilah sering digelar berbagai kegiatan. Dari imunisasi, parade senja  sampai Madiun Fashion Week.Â
2. Menara Eiffel
Miniatur menara Eiffel yang aslinya ada di Paris ini belum lama dibangun.Â
Miniatur menara Eiffel ini terletak di seberang patung Merlion. Berada dalam jajaran hypermart Madiun. Tempatnya tak kalah luas, dengan sungai di bawahnya yang telah dibersihkan dan dirapikan. Tapi sementara ini bau selokan masih menguarkan bau kurang sedap. Mungkin dengan berjalannya waktu, kondisi ini bisa diperbaiki.Â
Miniatur ini berupa bangunan-bangunan rumah dengan cat warna warni yang instagramable dan juga banyak menjadi spot foto menarik untuk berselfi ria.Â
4. Kabah
Miniatur kabah ini diwacanakan untuk menjadi wisata religi.Â
Di depan miniatur kabah juga dibangun payung-payung indah mirip di Mekah dan Madinah.Â
Miniatur kabah ini masih terus dibangun dan didesain lebih menarik, sehingga bisa menjadi wisata religi dan bisa menarik wisatawan lokal maupun dari luar daerah.Â
Suatu saat mungkin miniatur banyak negara itu akan menjadi tempat wisata berbayar, tapi sementara ini masih menjadi ruang publik yang bebas diakses.Â
Bagaimana, tertarik untuk berkunjung ke sini?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H