Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pilih AMDK atau Aneka Minuman Manis yang Menggoda?

27 September 2022   11:45 Diperbarui: 27 September 2022   11:58 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Food and Drug Administration (FDA) mengatakan orang harus membatasi konsumsi gula 50 gram sehari atau sekitar 4 sendok teh. 

Organisasi Kesehatan Dunia mendukung batasan 10 persen gula. Itu tidak termasuk dalam buah-buahan segar, sayuran dan susu. Lalu bagaimana dengan BPOM? 

FDA merekomendasikan bahwa anak-anak 1 sampai 3 tahun tidak boleh mengonsumsi lebih dari 25 gram gula tambahan sehari.

Baru-baru ini, ada komplain pelanggan yang viral karena es teh yang dibelinya terlalu manis. Komplainnya tidak sopan, dan mengaitkan rasa terlalu manis dengan diabetes. 

Berita ini beriringan dengan berita tercemarnya air minum dalam kemasan (AMDK). Seperti diberitakan, AMDK diperkirakan telah terkontaminasi Bisphenol-A (BPA). 

Bisa jadi hanya kebetulan. Tapi kedua kasus itu terasa berkaitan. Seolah ada perbandingan, pilih yang mana? AMDK yang tercemar BPA, atau minuman manis yang bisa memicu diabetes? 

Walah... Kok sama-sama beresiko. 

Sebenarnya saya tidak terlalu pusing memikirkan galon yang mengandung bisphenol-A atau BPA. Sebab, sehari-hari saya biasa merebus air yang berasal dari sumur bor. 

Meski begitu, terkadang saya juga mengkonsumsi AMDK saat kehabisan air minum, atau sebagai bekal bepergian. Saya cuma mempertimbangkan segi kepraktisan. 

Selalu ada pro kontra dalam setiap isu yang beredar.

Seperti rencana Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang siap merilis beleid pelabelan kandungan bisfenol-A alias BPA pada galon air minum guna ulang berbahan polikarbonat bagi industri air minum dalam kemasan, menuai polemik.

Pencantuman BPA bagi pelaku industri air minum dalam kemasan tentu sangat sensitif. 

BPA adalah zat kimia yang terdapat dalam jenis Plastik polycarbonat dan wadah makanan lainnya yang selama puluhan tahun dianggap aman-aman saja kini diusik dan dianggap berbahaya. 

Plastik policarbonat yang dianggap berpotensi mengandung BPA adalah plastik keras dalam kemasan galon, sedang galon PET yang merupakan plastik lunak boleh dilabeli BPA free. 

PET adalah Polyethylene therephthalate, yang serbaguna dan canggih. Produk ini mempunyai keunggulan antara lain :

1. Bisa di daur ulang

2. Bobot ringan. 

3. Free BPA. 

4.kuat

5.Tahan pecah. 

Merujuk dari plastik  lunak yang boleh dilabeli "BPA free", berarti yang dianggap berpotensi mengandung BPA adalah galon isi ulang yang berbahan plastik keras polikarbonat. Sedang air minum dalam kemasan/AMDK dianggap aman karena bahan kemasannya  menggunakan plastik lunak, atau PET. 

Lalu bagaimana dengan galon yang berbahan plastik keras, benarkah berpotensi mengandung zat kimia BPA yang berbahaya? 

BPA digunakan dalam bahan kemasan untuk berbagai tujuan, antara lain :

1. Pelapis bagian dalam kaleng,untuk mencegah korosi. 

2. Mencegah kontaminasi pada makanan dan minuman terhadap logam yang terlarut.

3. Menjaga kualitas dan keamanan makanan dalam kaleng.

Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi BPA dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, kanker, kelainan organ hati, diabetes, gangguan otak, serta gangguan perilaku pada anak kecil.

Food and Drug Administration menyebutkan bahwa BPA aman jika masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti dari FDA, Johns Hopkins Medicine, hingga CDC juga menyebutkan bahwa ibu hamil, bayi yang lahir premature, dan bayi yang usianya masih harian mampu menghilangkan BPA dari tubuh.

Mengenai BPA, FDA menyatakan :

1. Penggunaan BPA dalam kemasan dan wadah makanan, dan paparan senyawanya pada tingkat yang sangat rendah adalah aman.

2. Saat BPA tertelan, akan terserap usus dan tidak diketahui aktivitas biologisnya, sehingga tidak menyebabkan interaksi dalam tubuh. 

3. Sisa BPA yang tidak terserap usus, akan menjadi senyawa yang tidak aktif secara biologis di dalam hati. 

4. Senyawa yang tidak aktif secara biologi ini akan dikeluarkan dari dalam tubuh saat buang air kecil yang bisa dilakukan semua orang dalam segala kelompok umur. 

Susah memang, jika terjadi perbedaan pendapat. Bingung mau memilih yang mana. Untuk sementara mungkin melakukan yang termudah. 

Seperti biasanya, saya tetap mensikapi secara wajar. Kalau butuh kepraktisan, apalagi saat bepergian, saya tetap menggunakan AMDK. 

Saat di rumah, saya lebih suka merebus air sendiri. 

Sesekali bermanis-manis ria (dokpri by IYeeS) 
Sesekali bermanis-manis ria (dokpri by IYeeS) 

Sedang tentang minuman manis, saya biasa saja meminumnya saat makan di luar. Sedang dalam rutinitas sehari-hari, saya lebih suka minum air putih atau teh tawar. 

Saya pernah cek gula saat akan melakukan pembedahan di dekat jempol kaki karena ada benjolan sebesar jagung. Saat itu gula darah saya normal, dari kadar maksimal 130mg/dL, hasil pengukuran saya 118 mg/dL

Sedang saat saya cek kembali saat saya dalam kondisi sakit, untuk kadar maksimal yang bisa ditolerir 200 mg/dL, hasil cek saya 225 mg/dL. Sedikit di atas batas normal. Sudah lama saya belum mengecek lagi. 

Semoga kita semua selalu diberi kesehatan. Aamiin.. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun