Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Sendang Lawe

25 September 2022   10:09 Diperbarui: 25 September 2022   14:31 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertanya dulu, bingung mencari jalan ke bawah menuju Sendang (dokpri by IYeeS) 

"Ayo Dek, kuajak ke Sendang Lawe, " Kata suamiku. 

"Apaan, tuh? " Tanyaku penasaran. 

"Ikut sajalah, nanti tahu sendiri! "

"Oke, mandi dulu ya, bentar, "

"Ya! "

Ya begini ini kalau hobi suami juga menjadi hobi istri. Diajak ngetrip ya ayuk saja, hihihi.. 

Setelah mandi koboi, aku langsung nemplok di jok belakang motor suamiku. 

Go... 

Sendang Lawe ini lokasinya di Desa Ketandan Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun. 

Setelah melewati Pasar Dolopo berbelok ke utara. Sampai di Slambur, berbelok ke timur. 

Rute untuk mencapai Sendang Lawe ini, melewati taman Wisata Rekso Wilis yang pernah saya ulas. Saat pulang dari Sendang Lawe menjelang maghrib Taman Wisata ini terlihat semarak dan indah dengan lampu-lampu yang berpendar cantik dan deretan penjual jajanan yang lumayan rami di malam minggu kemarin. 

Berhubung tujuan kami Sendang Lawe, kami tetap melaju tanpa mampir. Sedang saat pulangnya sudah disambut adzan maghrib, sehingga kami harus bergegas agar bisa menunaikan shalat maghrib berjama'ah di masjid terdekat yang bisa dijangkau. 

Perjalanan ke Sendang Lawe cukup jauh. Tapi keindahan pemandangan di sepanjang perjalanan cukup menarik, sehingga bisa menjadi hiburan tersendiri. 

Sebelum melewati hutan jati dan mahoni, harus sudah berbelok . Kalau sudah di sini, berarti sudah terlewat (dokpri by IYeeS) 
Sebelum melewati hutan jati dan mahoni, harus sudah berbelok . Kalau sudah di sini, berarti sudah terlewat (dokpri by IYeeS) 

Sampai di hutan jati dan mahoni kami berhenti. Suamiku mempelajari kondisi hutan yang mungkin bisa dipergunakan sebagai bahan pembelajaran keragaman hayati (kehati). Tapi sepertinya banyak vegetasi yang mati karena sepertinya habis terjadi kebakaran, atau sengaja dibakar. 

Suamiku lupa jalan ke Sendang Lawe, sehingga berhenti sejenak untuk bertanya  pada seorang lelaki yang berada di situ. Entah mencari rumput, atau sedang menuju ke ladangnya. 

Ternyata jalannya sudah terlewat, sehingga kami harus berbalik, kemudian berbelok. 

Melewati perkampungan juga (dokpri by IYeeS) 
Melewati perkampungan juga (dokpri by IYeeS) 

Menyusuri jalan setapak yang halus cukup nyaman. Beruntung kondisi jalan kering, kalau hujan katanya agak licin. 

Eh... Kok jalan buntu? 

"Pak, jalan ke Sendang Lawe lewat sini? Kok buntu? "

Suamiku bertanya pada seorang lelaki yang sedang bermain bersama anaknya di halaman rumah, tempat sepeda motor berhenti karena buntu di halaman rumah orang, hihihi.. 

"Oh, Sendang Lawe jalan yang sana Pak. Bukan sini. Kalau sini buntu, ini sudah mentok, jawab lelaki itu sambil tertawa geli. 

Berbalik dan muter lagi deh. Ngikut aja, aku kan cuma nemplok di boncengan. 

Ternyata jalannya memutar-mutar di bawah jalan utama. Memandang ke atas adalah hutan jati milik perhutani, di bawah ladang dan sawah milik penduduk. Andai jalan pintas lurus dari hutan mahoni, pastilah lebih dekat, tapi yang di atas adalah lahan milik perhutani. Jadi kami harus puas melewati jalan memutar untuk lewat jalan bawah. 

Berbelok di sini untuk menuju Sendang (dokpri by IYeeS) 
Berbelok di sini untuk menuju Sendang (dokpri by IYeeS) 

Akhirnya sampai juga ke lokasi. Saya memilih turun dari  boncengan dan berjalan kaki. Jalannya bisa dilalui sepeda motor, tapi sempit dan agak tinggi. 

Lokasi hutan yang ada Sendangnya (dokpri by IYeeS) 
Lokasi hutan yang ada Sendangnya (dokpri by IYeeS) 

Lokasi Sendang cukup rindang dengan persawahan di sekitar nya. 

Larangan menebang pohon di lokasi Sendang Lawe (dokpri by IYeeS) 
Larangan menebang pohon di lokasi Sendang Lawe (dokpri by IYeeS) 

Kemungkinan tempat ini pernah nyaris dibangun tempat wisata. Tapi mungkin belum ada investor yang bersedia menanamkan modal, atau hutan ini sengaja dipergunakan sebagai resapan air sehingga tidak jadi dibangun tempat wisata, saya kurang paham. 

Selain gazebo, terdapat tempat untuk duduk yang sengaja dibuat (dokpri by IYeeS). 
Selain gazebo, terdapat tempat untuk duduk yang sengaja dibuat (dokpri by IYeeS). 

Dulu, lokasi Sendang dipagar besi di sekelilingnya, tapi sekarang dibuka. 

Sendang Lawe ini adalah mata air yang airnya terus mengucur meski di musim kemarau. Airnya ke bawah, masuk ke parit untuk mengairi sawah-sawah di sekitarnya. 

Lokasi mata air Sendang Lawe (dokpri by IYeeS). 
Lokasi mata air Sendang Lawe (dokpri by IYeeS). 

Mata air ini dibangun dan airnya disalurkan melalui pipa. Sumber air alami ini mungkin bisa terjaga kelestarian nya kalau pepohon di hutan ini dibiarkan tetap hidup. 

Mata air Sendang Lawe dialirkan dari sini ke bawah, untuk mengairi sungai dan ladang di sekitar nya. 
Mata air Sendang Lawe dialirkan dari sini ke bawah, untuk mengairi sungai dan ladang di sekitar nya. 

Mata air Sendang Lawe (dokpri by IYeeS) 
Mata air Sendang Lawe (dokpri by IYeeS) 

Di Lokasi Sendang Lawe ini juga telah dibangun toilet yang memadai. Sayangnya sekarang terbengkelai dan tak terurus, sehingga banyak ditumbuhi tanaman dan tertutup rumpun bambu. 

Toilet (dokpri by IYeeS) 
Toilet (dokpri by IYeeS) 

Sementara suamiku naik ke atas, mencari lokasi yang tepat untuk pembelajaran Ke hati bagi murid-muridnya, aku berkeliling mencari sumber suara gemercik air yang cukup nyaring di telinga. Ternyata di sebelahnya ada sungai yang mengalir. 

Aliran sungai di lokasi Sendang yang tetap mengalirkan air meski tak ada hujan(dokpri by IYeeS) 
Aliran sungai di lokasi Sendang yang tetap mengalirkan air meski tak ada hujan(dokpri by IYeeS) 

Di dekat Sendang ada kolam yang dulu sempat ditebari ikan. Tapi kini dibiarkan kosong. Di tepinya ada pohon beringin. Di sekitar pohon beringin inilah konon ditemukan makam Ronggolawe, Adipati Tuban. Entah melarikan diri ke situ saat terjadi geger di Kadipaten Tuban, atau sengaja mengembara dan moksa, ceritanya masih samar dan belum diteliti dari sudut sejarah. Tapi di sekitar situ memang ditemukan makam. Sayangnya saya baru tahu belakangan saat sowan Pak RT, jadi tidak sempat mengulik ke situ. 

Kolam ikan dengan pohon beringin di tepinya (dokpri by IYeeS) 
Kolam ikan dengan pohon beringin di tepinya (dokpri by IYeeS) 

Konon, di sekitar pohon beringin itulah terdapat makam/petilasan saat Ronggolawe moksa. 

Moksa adalah tempat terakhir saat orang terlihat terakhir kalinya sebelum menghilang atau tidak bisa ditemukan sama sekali. Bahkan jasadnya ikut lenyap. 

Hari mulai senja, saya dan suami memutuskan untuk pulang, tapi mampir ke tempat Pak RT dulu. 

Hari Senin sampai Jumat, suamiku bermaksud mengadakan pembelajaran diluar kelas, jadi harus kulonuwun dan minta ijin dulu agar tidak menimbulkan kesalahan pahaman, sekaligus meminta bantuan dan kerjasama masyarakat untuk melancarkan pembelajaran. 

Kumandang adzan Maghrib sudah terdengar. Kami segera mohon pamit dan meninggalkan rumah Pak RT untuk pulang. 

Semoga besok acara pembelajaran berjalan lancar tanpa halangan suatu apa. 

(IYeeS : 25092022) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun