Sayangnya kali ini saya tergusur ke belakang dan tidak bisa mengabadikan momen indah dan sakral ini.Â
Lagu-lagu daerah daerah dan lagu perjuangan mengalun indah dan gagah, berpadu dengan gerakan silat yang dilakukan gemulai tapi penuh tenaga.Â
Tak lela.. Lela.. Lela.. Ledung. Musik dan nyanyian mengiringi gerak para pesilat penari.Â
Pulih lebih cepat... Bangkit lebih kuat. Suara lantang pembawa acara menembus langit.Â
Tak lama kemudian, penari berkumpul dengan satu tangan menyilang di dada mengumandangkan "Padamu Negeri" dengan khidmat dan syahdu.Â
Acara dilanjutkan pemotongan tumpeng dan mengusung gunungan manco ke depan panggung.Â
Terakhir, gunungan manco diperebutkan.Â
"Silakan, para pemuda, perjaka dan laki-laki, diperbolehkan mempereburkan manco. Untuk ibu-ibu, Anak-anak dan perempuan, dipersilakan minggir menjauhi gunungan. Pembawa acara memandu.Â
Tak lama para pemuda memperebutkan manco, tapi tidak untuk diambil sendiri.Â
Berbungkus-bungkus manco beterbangan dilempar ke arah pengunjung, menandai berakhirnya ritual festival manco.Â