"Jin Klenting, Jin Gentho, keluar kalian.Â
Lawan aku! " Selama kalian mengganggu ketentraman dan menebar kekacauan, kalian harus dimusnahkan! "
"Ha.. Ha.. Ha... Manusia tak tahu diuntung. Masih bagus kowe masih hidup. Aku sudah mengampunimu. Tapi malah kutuk marani sunduk! Mendatangi pengapesanmu! "
"Terimalah ajian dawet upas ini...! "
Selarik cahaya jingga memancar dari tangan Jin Klenthing, sementara Jin Gentho bersorak-sorak dan tertawa di belakang Jin Klenthing.Â
Sontak hawa panas memancar, tapi kali ini Warok Suromenggolo tak mau kalah. Difokuskan kekuatan nya di tangan, dan dilontarkankan ajian dawet Jabung yang telah diajarkan oleh Ki Jabung.Â
Hawa sedingin es memancar dari tangannya. Dua cahaya berlawanan itu bertemu di udara. Menimbulkan ledakan dasyat dan goncangan luar biasa.Â
Jin Klenthing dan Jin Gentho terlempar dan membeku jadi es batu. Tubuhnya keras dan kaku selamanya, kemudian pecah berkeping-keping menjadi es batu kecil-kecil.Â
Menyempurnakan ajian dawet Jabung yang dimiliki Warok Suromenggolo. Sekaligus menyempurnakan ramuan dawet jabung hasil racikan Ki Jabung.Â
Kini ramuan itu menjadi minuman segar yang terkenal dengan nama dawet Jabung.
Warok Suromenggolo mengajak Ki Jabung menghadap Prabu Bathoro Katong, tapi Ki Jabung menolak. Dia sudah tidak berminat menikmati kesenangan duniawi. Dia hanya ingin menikmati hidup damai di Desa Jabung.Â