Entah kenapa, siang itu tiba-tiba aku ingin menikmati lotek. Aku kurang tahu, sebenarnya lotek itu makanan khas daerah mana, sebab terkadang kuliner familiar yang ku kenal sejak kecil, Â dan kuanggap makanan khas daerahku, ternyata diklaim makanan khas daerah lain.Â
Mas Guido Tisera yang ingin tahu makanan khas daerah, mungkin akan menemukan makanan unik dari tiap daerah yang mirip atau nyaris sama. Makanan yang kuanggap ciri khas daerahku dan diklaim daerah lain, di antaranya :
1. Lotek
Lotek ini mirip pecel, hanya saja cara penyajiannya dicampur dengan bumbunya, terkadang ditambahkan ketupat atau lontong sebagai karbohidrat nya. Tak lupa taburan kerupuk sermier merah putih.Â
Tapi sekarang biasanya diganti krupuk udang berukuran kecil, atau kerupuk bawang. Bahkan ada yang menambahkan tahu dan tempe seperti gado-gado.Â
Saat di Yogyakarta pernah membeli lotek yang tulisannya lotek khas jogja. Sudah pasti rasanya manis maksimal. Mungkin karena terlalu lama di Madiun, aku jadi agak kurang suka yang terlalu manis.Â
Tadinya kukira lotek adalah makanan khas Purworejo. Ternyata, di daerah lain juga ada.Â
2. Kupat tahu.Â
Sesuai namanya, kuliner ini bahan utamanya kupat dan tahu dengan tauge sebagai sayurannya. Ini kemarin yang akhirnya kupilih dari menu yang direkomendasikan gojek. Awalnya pengin lotek, berhubung sudah agak sore, semua restoran yang menyediakan menu lotek sudah tutup. Sedang yang masih buka, ditulis habis. Sama saja nihil.Â
Kebetulan beberapa hari yang lalu K-reward sudah masuk dan bertengger di akun gojek. Iseng berselancar di tempat ibu, sekalian mengetahui posisi yang ternyata terkenal sebagai gang anggrek, padahal setahuku, rumah ibu tidak ada nama jalannya, hanya RT/RW. Mungkin tuntutan kemajuan, butuh penamaan jalan, jadi ada yang melabeli gang anggrek. Entahlah...Â
Di akun gopay, kuliner ini dibanderol dengan harga 15 ribu rupiah. Seusai memesan, sesuai estimasi waktu terpasang, Pak Gojek sudah sampai. Langsung saja kubuka dan kuicip.Â
Rasanya autentik banget. Paduan bawang putih, cabe, garam dan air gula merahnya khas banget. Rasanya seperti ekspektasi ku. Ada aroma yang tak terganti. Aroma nira kelapa dan rasa manis nya murni. Khas gula merah, meski mungkin ditambahkan kecap juga. Manisnya terlalu dominan, tapi rasanya seperti yang kuharapkan.Â
Dulu, di Pasar Baledono, ada penjual kupat tahu yang laris. Bahkan kisah hidupnyapun viral. Tapi aku tak ingin menceritakan nya, karena bukan cerita bagus dan agak absurd.Â
Meracik kupat tahunyapun asal-asalan. Bawang putih dan cabe diulek di cobek, terus disiram air gula merah yang dibumbui. Tahu digoreng asal, disajikan bersama tauge dan kupat, ditambah brambang  goreng, kacang tanah goreng , dan seledri, disiram bumbu yang sudah disediakan. Ditambah kecap.Â
Tapi entah kenapa rasa nya begitu enak dan bikin nagih.Â
Kupat tahu yang kupesan, rasa bumbunya sudah mendekati kupat tahu yang legend. Tapi bahannya ditambah kol rebus dan ada irisan seperti tepung yang diiris-iris. Entah mungkin maksudnya mengadopsi tahu gimbal Semarang tapi gimbalnya diiris-iris, atau adonan tepung yang diiris biasa menjadi bagian dari capcay.Â
Ada lagi yang unik, kalau dulu ke tempat embah, kupat tahu ini disebut kucrut, karena saat menambahkan bumbu cair yang diwadah botol, di crut.. crut.. crut... gitu.Â
Menguleg bawang putih dan cabenyapun langsung di piring, tentunya hati-hati jangan sampai piringnya pecah.Â
Kuliner khas yang kuanggap berasal dari Purworejo ini ternyata lebih terkenal sebagai kuliner khas Magelang.Â
3. Geblek
Geblek yang banyak terdapat di Purworejo ini ternyata lebih terkenal sebagai makanan khas Kulonprogo.Â
Gebleg yang ukurannya lebih kecil, tapi sebagai kudapan krispi, disebut lanting.Â
Di Purworejo, banyak sekali perajin gebleg, baik geblek tanpa bumbu, maupun geblek lengkap dengan bumbu pecelnya.Â
Per porsi dibanderol 10-20 ribu rupiah.Â
Geblek yang mungkin di Jawa Barat sedikit mirip cireng ini, sering menjadi hidangan saat kumpul-kumpul di perantauan. Atau saat para perantau mudik dan mengadakan acara kumpul-kumpul.Â
Meski lebih terkenal sebagai makanan khas Kulonprogo, secara de facto, geblek lebih banyak beredar dan dinikmati masyarakat Purworejo.Â
4. Clorot
Clorot ternyata tidak hanya ditemukan di Purworejo, tapi bisa juga ditemui di banyak daerah di Indonesia meski dengan nama berbeda.Â
Kalau tidak salah, ada salah satu kompasianer yang juga pernah menulis tentang clorot. Tapi di daerahnya, clorot dikenal dengan nama lain.Â
Di daerah pesisir utara seperti Lasem, Rembang dan Tuban, clorot dikenal dengan nama dumbeg.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H