Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sampai Tua Aku Belum Pernah ke Jakarta, Katrok?

23 Juni 2022   13:41 Diperbarui: 23 Juni 2022   15:40 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang yang tinggal di Jakarta, atau yang biasa ke Jakarta, mungkin aku yang belum pernah ke Jakarta sampai tua adalah hal yang lucu atau menggelikan. 

Lha tapi memang begitu kenyataannya mau bilang apa? 

Aku memang baru bisa ke Jakarta saat umur sudah berkepala 4, beberapa tahun yang lalu. Katrok? Aneh?  Ah, biasa... Hehehe. 

Saat itu, kebetulan ada pertemuan keluarga besar Mbah Kakung di rumah salah satu famili di Jakarta. Kebetulan waktunya bertepatan dengan hari libur. Jadilah kita datang sambil mengisi liburan. 

Sebagai Ibu Kota Negara, Jakarta tentu saja istimewa. Tidak salah kalau hampir semua orang ingin berkunjung ke sana. 

Entah berapa tahun lagi, Jakarta mungkin akan berubah menjadi daerah istimewa atau mungkin daerah otonomi khusus.

Ibu Kota Negara berpindah ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur (Kaltim).

Akankah popularitas Jakarta akan menurun? Sepertinya tidak! 

Dalam kurun 10-20 tahun mungkin orang masih susah move on. Sekian lama menjadi Ibu Kota Negara, tidak mungkin posisinya akan tergeser begitu cepat. Memangnya posisi di kompasiana yang dinamis,setiap hari, atau bahkan setiap jam berubah asal internet tidak ngambek, hehehe... 

Selain itu, Monas yang menjulang gagah begitu ekonik dan melegenda. Salah satu daya tarik yang tidak dipunyai daerah lain. 

Selain itu ada TMII, Monumen Pancasila Sakti, Lobang buaya, bahkan Kebun Binatang Ragunan. 

Sebagai ibukota, Jakarta selalu terekspose dan seksi. Bahkan dengan adanya banjir yang tak kunjung hilang, Jakarta tetap menarik dan tak tergantikan. 

Jakarta begitu lekat dengan Betawi. 

Meski tak bisa dipungkiri, kehidupan Jakarta begitu kompleks dan beragam, tapi ciri khas Betawi maupun Jakarta tetap dominan. 

Sejujurnya, saya hanya kenal Jakarta dari membaca literasi. 

Berkunjung ke Jakarta pun baru sekali dan sambil lalu, sebab saya justru menginap di Bogor. Karena si bungsu di bogor, maka mencarikan penginapannya juga di Bogor, sekalian mengunjungi sanak saudara yang tinggal di Bogor. 

Dari Bogor ke Jakarta bisa sekalian menjajal KRL yang tak kalah viral dan fenomenal. Kalau dari Purworejo, mungkin KRL mirip kereta jarak dekat Pramex, dengan rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo. Kabarnya malah rute akan ditambah sampai Madiun, tapi saya belum mengkonfirmasikan keberadaan nya. 

Orang udik nyobain KRL. Katrok yo ben.... (Biarin), hehehe (dokpri)
Orang udik nyobain KRL. Katrok yo ben.... (Biarin), hehehe (dokpri)

Pagi, si bungsu menjemput ke penginapan  dengan menyewa grab langsung bertolak ke Stasiun Bogor untuk mengejar KRL. Melewati Kebun Raya Bogor, pengin mampir, tapi agenda Hari itu pertemuan Keluarga di Bambu Apus, Jakarta Timur. Sebelumnya ke Stasiun Pasar Senen dulu, menunggu Si Sulung datang dari Surabaya menggunakan kereta. 

Anak-anak sudah besar, janjian pun di Stasiun. Madiun, Bogor, Surabaya, ketemu di Stasiun Pasar Senen, hehehe.. 

Lama menunggu, si sulung tak juga ketemu. Padahal kereta sudah datang setengah jam yang lalu. Ini anak sungguh terlalu...! HP pun mati. Pasti low batt. Hemm... 

Akhirnya bertiga berpencar, mencari si sulung. Pakai feeling saja nyarinya. 

Suamiku sudah datang tanpa hasil. Ya sudah, kita tunggu di pintu masuk  daripada nanti malah gantian dicari karena belum kembali. 

Akhirnya Si Bungsu datang bersama si sulung. Ternyata si sulung cari makan dulu, anak ini memang bawaannya santai, tidak peka kalau dicari-cari banyak orang. 

Dari Stasiun Senen Kami lanjut ke daerah Bambu Apus, sewa grab lagi. Sempat lewat tol dan nyasar, karena di titik lokasi ternyata masih jauh dari tujuan. Ya sudah, daripada muter-muter tetap tidak ketemu, turun saja dan kembali ke cara manual. Nanya ke penduduk terdekat. 

Untunglah Saudara kami banyak dikenal meski sudah berpulang ke rahmatullah. Jadi kami ditunjukkan rumahnya dan Alhamdulillah akhirnya ketemu. 

Meski tinggal di Jakarta, tapi halamannya luas, teduh dan rimbun. 

Pertemuan keluarga di Bambu Apus, Jakarta Barat (dokpri)
Pertemuan keluarga di Bambu Apus, Jakarta Barat (dokpri)

Sampai di sana banyak saudara yang datang. Banyak jajanan terhidang. Bahkan ada gerobak abang bakso yang dibooking, ada pula siomay lengkap. Bahkan ada soto, tahu dan tempe bacem yang yahud. 

Cuma aku sebenarnya malah penasaran dengan kerak telor, makanan khas Betawi atau Jakarta itu berhasil membuatku penasaran. 

Uniknya, mencicipi jajanan khas Jakarta ini justru kesampaian saat pertemuan keluarga berikutnya di Bandung. Adikku mengajak mampir di Lapangan gasibu, dekat gedung sate. Di situ ada penjual kerak telor. Tanpa tahu malu, aku langsung mengiyakan ketika adikku menawari untuk membelikan. Eh.... 

Jadi tertukar, saat di Jakarta, mencicipi siomay, saat di Bandung malah mencicipi kerak telor, hihihi... 

Saat pertemuan usai, kami buru-buru pamit. Sebenarnya ada saudara yang memberi tahu, kalau dari situ sudah dekat ke TMII, tapi kami harus mengejar KRL, jadi Langsung saja menuju Stasiun KRL, biar tidak ketinggalan kereta. 

Baru saat pulang, kami sempat mampir monas sambil menunggu jadual kereta. Biar sah, foto-foto di situ. Bukti otentik kalau pernah ke Jakarta, hahaha... 

Mungkin suatu saat Ibu Kota berpindah ke Kalimantan Timur, tapi Jakarta tetap istimewa dengan keistimewaan dan banyak monumen kebanggaan. 

Meski begitu, IKN juga bisa berkembang menjadi Ibu Kota yang ramah lingkungan dan jauh dari polusi kendaraan, apalagi kalau nantinya IKN dirancang daerah hijau, dengan pelarangan mobil, kecuali mobil listrik. Syukur-syukur kalau nantinya ASN yang bertugas di sana diharuskan tinggal di kompleks kantor yang dekat dengan tempat kerja, dan hanya diperbolehkan berangkat dan pulang kerja menggunakan sepeda. Sepakat??? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun