Saya pede saja, berpikir kalau vouchernya pasti bisa dipergunakan. Seperti voucher saat membeli buku secara online, tinggal kode voucher nya dimasukkan dalam option pembayaran sudah langsung klik, karena semua kan sudah online.Â
Nggak pake lama, seperti kode Kompasiana premium langsung nyambung dan selesai. Nggak sampai 5 menit kelar.Â
"Mbak, mau nanya, " Saya menghampiri karyawan yang bertugas di kasir.Â
"Iya, Kak. Silakan" Hemmm dipanggil kakak, maklum saya pakai masker, jadi terlihat muda. (Ge er, ah. Itu kan memang bahasa di bisnis online, semua dipanggil kakak, hihihi).Â
"Ini kan saya punya voucher, tapi dalam ketentuannya, tidak termasuk buku yang didiskon. Nah, misalnya saya pengin beli buku yang didiskon, pakai voucher, terus tetap pakai harga awal tanpa diskon, boleh nggak? "
" Coba nanti saya check, ya Kak. Saya lihat dulu vouchernya, " .Â
Kuserahkan HP ku, dan emailnya, kode voucher dan ketentuannya dibaca. Dicatat dan dimasukkan komputer, tapi sepertinya masih belum klik. Entah tidak ada koordinasi, atau tiap cabang mempunyai kebijaksanaan yang berbeda, saya tidak tahu. Tapi sepertinya agak rumit.Â
Kemudian petugas kasir itu menelpon seniornya, yang katanya terjebak macet atau apa, padahal vouchernya harus diacc. Dan saya disuruh menunggu.Â
Kemudian petugasnya mengambil 2 lembar kertas, menanyakan nama saya, kode voucher dan nomer HP yang diisikan ke lembaran kertas itu.Â