"Saya turun saja ya, Pak! " Bisikku pada Pak Ranto.Â
"Tidak apa-apa, Bu. Saya sudah biasa kok, " Katanya.Â
Saya sedikit lega dan tenang. Sepertinya Pak Ranto memang sudah biasa membawa penumpang. Tadi sebelum berangkat sudah kutanya, Yakin bisa membawa aku yang over size dan over weight, jawabnya bisa. Ya sudah.Â
"Werrr... Theg! " Di tanjakan yang cukup tinggi tiba-tiba mesin motor Pak Ranto mati.Â
Reflek aku meloncat dari motor dan menahan motornya agar tidak menggelinding ke bawah.Â
Sebenarnya aku panik juga. Tapi seperti biasa aku nyengir.Â
"Sudah, Pak Ranto naik dulu saja. Nanti di tempat datar saya naik lagi, kataku.Â
" Tidak apa-apa Bu? "
"Tidak apa-apa, jawabku sesantai mungkin meski jantungku berdetak tak karuan. Ya jelas tidak apa-apa, aku jelas memilih jalan kaki, daripada digonceng melewati medan yang aduhai seperti itu. Apalagi dengan tubuh bongsor macam obelix ini, hahaha..Â
" Saya pernah membawa tamu dari Jakarta, tubuhnya sebesar Ibu. Dari berangkat banyak cerita dan tertawa, tapi sampai di sekitar lokasi tadi (saat aku meloncat dari motor) orangnya menjerit-jerit sampai lama baru bisa ditenangkan, " Pak Ranto bercerita.Â
Aku hanya tersenyum.Â