Anggraeni tiba-tiba merasa pening. Bahkan suara-suara mengecam dirinya dari Bu Sul, Mbak Trya bahkan Bulik Jumi yang terang-terangan mengumpat nya membuat Anggraeni hampir gila. Untungnya kecuekannya dan hatinya yang telah merdeka dari keinginan membuatnya bisa mengabaikan suara-suara hati orang yang tiba-tiba bisa tertangkap inderanya.Â
Terkadang orang-orang berpikir, bisa tahu banyak hal itu menyenangkan. Seperti Nabi Sulaiman yang tahu bahasa binatang.
 Padahal kalau manusia bisa paham bahasa binatang dan mengetahui apa yang seharusnya tidak diketahui, justru bisa menjadi gila.Â
Seperti Raja Angling Darma yang memahami bahasa binatang justru mendapat penderitaan dan kesengsaraan karena kemampuan dan keistimewaan yang dimilikinya.Â
Anggraeni kembali merenungkan kemampuan yang tak sengaja dimilikinya.Â
Apakah ini karena sirup mawar itu? Atau bentol merah gigitan nyamuk yang lebih mirip gigitan vampir?Â
Anggraeni terkesiap menemukan segepok uang di buku tabungannya. Apakah selain kemampuan unik yang tiba-tiba dimilikinya dia juga mempunyai kemampuan seperti babi ngepet? Eh...Â
Tentu saja tidak. Sejenak dia ingat, ini memang uang tabungannya sendiri yang belum diambilnya. Sengaja disimpan, tapi kelupaan. Maklum lebaran kali ini uang mengalir begitu deras.
 Dari tabungan  sisa gaji bulanan yang ternyata cukup banyak, tabungan di kantor suaminya, gaji yang belum sempat dipakai, THR, dan acara lebaran yang begitu padat membuatnya tak sempat menghitung uang.Â
Rasanya seperti jadi orang kaya, pengin apa saja tinggal mengeluarkan uang dan membagi-bagikannya tanpa takut kurang. Lebaran selesai,disambut gajian lagi bulan Mei. Hohoho....Â
Anggraeni merasa, orang paling kaya itu adalah orang yang qana'ah ternyata benar.Â