Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kenaikan Pertamax dan Kenyamanan Naik Bus Madiun-Purworejo

1 April 2022   05:12 Diperbarui: 1 April 2022   06:09 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

"Ya Allah. Pertamax naik jadi 16 ribu,Dek!" Suamiku menggerutu tak jelas. 

" Sekarang kalau beli 100 ribu dapat berapa liter ya? " Lanjutnya lagi. 

"Ya tinggal 100 dibagi 16, gitu aja kok repot, " Jawabku sambil meringis. 

Kalau bagiku, kenaikan harga Pertamax tidak berpengaruh secara langsung, kecuali kalau nantinya memicu kenaikan harga kebutuhan pokok. 

Tapi bagi suamiku tentu saja kenaikan Pertamax adalah sesuatu. Dia memang selalu  memberi minum CRV-nya dengan Pertamax. Bahkan motor butut pun kadang diisi dengan Pertamax. Entah kenapa Dia ngefans banget sama jenis BBM yang satu itu. 

Kenyataannya, dalam berita pagi ini dinyatakan kenaikan Pertamax cuma sekitar 3500 rupiah sampai 4000. Dari tadinya 9 ribu rupiah/liter, menjadi 12.500- 3 ribu/liter. Jika butuh 30 liter, paling banter cuma butuh tambahan 90 ribu rupiah. Relatif murah jika ditukar kenyamanan saat mudik nanti. 

Sebenarnya, kenaikan Pertamax nyaris tidak berpengaruh secara langsung dengan transportasi massal seperti bus umum, apalagi Kereta api. 

Transportasi massal seperti nya mulai berkurang gaungnya. Makanya saat mudik kilat ke Purworejo beberapa waktu lalu saya agak khawatir kalau tidak ada bus. Untungnya masih ada, meski tidak sebanyak saat saya kuliah dulu. 

Bagi saya yang biasa menggunakan transportasi massal seperti bus AKAP, sudah lumayan akrab dengan kondisi bus antar kota antar propinsi yang ternyata setelah puluhan tahun kondisinya tidak jauh berbeda. 

Waktu kuliah dulu, kami kalau mudik, lebih suka naik bus Jawa timuran. Kondisi bus yang bagus, tempat duduk longgar, berAC meski bus ekonomi, waktu tempuh relatif cepat karena tidak terlalu sering berhenti, dan adanya Kartu langganan, adalah beberapa alasan yang membuat para mahasiswa memilih bus Jawa timuran untuk rute jogja-solo. Padahal, bus khusus trayek jogja - Solo juga banyak. 

Bahkan dari obrolan di bus, saya sempat berbincang dengan Mbah Painem(bukan nama sebenarnya) yang ternyata juga memilih bus Jawa timuran yang katanya lebih mudah, cepat, dan murah. Beliau membawa sapu dagangannya dari Temon ke Kartasura. Jadi sama dengan saya, bisa mencicipi bis purwokerto-jogja, sekaligus jogja-solo. 

Saat turun jogja, saya harus berganti bus arah barat. Biasanya jurusan jogja -Purwokerto. Kondisinya dari 30 tahun yang lalu tidak berubah, justru semakin memburuk. Kontras dengan bus patas yang kinclong dan adem. Tapi harus merogoh kocek 2-3 kali lipat, dan naik dari terminal, turun terminal karena tidak mau berhenti di luar pemberhentian. 

Yang lebih menyakitkan, saat malam minggu, bus jogja-solo ini memberlakukan peraturan diskriminatif. Bagi penumpang ke Purworejo, di suruh menunggu di luar dulu. Setelah semua bangku terisi penuh, baru diperbolehkan naik. Tentunya dengan posisi berdiri. Sungguh mengenaskan. 

Kondisinyapun memprihatinkan. Jangankan berAC, bahkan kondisi bus kumuh, tempat duduk terlalu rapat, kadang jok robek, sekrup nya kendor dan sangat panas dan pengap. Tapi, mau tidak mau, itulah kondisi transportasi yang harus dihadapi untuk pulang pergi ke kampung halaman tercinta. Cukup dinikmati dan disyukuri. Serta berharap, suatu saat akan terjadi perubahan yang menggembirakan. 

Semoga... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun