Cheetah betul-betul menikmati semuanya.Â
Sebulan lagi dia akan dinikahi Afrizal. Laki-laki yang telah melamarnya. Laki-laki putra sahabat ayahnya yang samar-samar diingatnya.Â
Mereka pernah akrab waktu kecil. Afrizal yang selalu mengalah dan melindunginya itu sudah menjadi laki-laki gagah. Tapi sudah lama mereka tidak berkomunikasi. Tahu-tahu telah melamar lewat bapak. Cheetah menghirup udara dan menghembusnya pelan. Membuat uap seperti semburan naga.Â
Rona merah di ufuk timur semakin jelas, dan tiba-tiba terang benderang. Gunung batok bersinar keemasan. Sinar hangat menyiram pagi. Menghangatkan hati Cheetah yang menikmati kebebasannya mencumbu alam.Â
"Mungkin ini terakhir kalinya, bisik hati Cheetah.Â
"Ayo kita turun dan kembali, Cie, "Â
Suara Samuel mengagetkan Cheetah, yang segera membereskan tripot dan tas punggungnya.
 Siap kembali. Kembali menyusuri jalan tapi lewat jalan aspal. Mampir di pasar dekat Cemoro lawang. Pemandangannya sungguh indah.Â
Cheetah pulang sendiri, sementara Samuel mengantar sampai Cheetah mendapat elf yang siap membawanya ke Probolinggo dan pulang ke Madiun.Â
"Beres Bos. Wanitamu aman. Sudah otw Madiun, "