Samuel ternyata juga sudah siap lengkap dengan senter dan bekal di tas punggungnya. Mereka segera berangkat.Â
Mengambil jalan pintas mereka berjalan membisu. Berhati-hati karena jalannya tidak rata, fokus ke bawah dan licin. Menembus semak yang lumayan rimbun. Jalan setapak yang biasa dilalui pencari rumput. Cheetah berjalan sambil berpegang pepohon di sekitarnya.Â
Sampai di kaldera, kabut turun dan gelap.Melewati lautan pasir membawa sensasi unik. OllLampu-lampu senter dan lampu jeep di kejauhan berpendar indah. Kerlip bintang menambah indahnya pagi.Â
"Ayo agak cepat dikit Cie, nanti nggak kebagian sunrise, " Samuel yang berjalan di belakang mengingatkan Cheetah.Â
Cheetah mempercepat langkahnya meski nafasnya mulai tak teratur. Untung dia sudah biasa berjalan ke kawah. Setelah jalan aspal, dan melewati pura suku tengger, tujuan mulai dekat. Lukisan tangga menjulang ke kawah terlihat indah.Â
"Cie, mau ku fotoin nggak! " Sam menawarkan untuk memfoto Cheetah.Â
"Nggak usah, aku mau mengabadikan detik-detik sunrise. Kalau kamu mau, nanti kamu yang ku fotoin Sam."
"Aku juga mau menangkap sunrise, mumpung terang. Kayanya cuacanya pas nih. Kalau mendung nggak kelihatan."
Keduanya asyik dengan aktifitas nya sendiri. Kabut yang turun seperti mega yang menyelimuti keberadaan mereka. Seperti berada di Jonggring saloka. Mengambang di atas awan. Sementara pura suku tengger seperti berada di tengah laut. Sungguh pemandangan dan suasana tak terlukis kan.Â