Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Nostalgia di Madakaripura(Petilasan Patih Gadjah Mada)

19 Maret 2022   06:48 Diperbarui: 19 Maret 2022   11:43 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku sudah tak sabar menuju loket masuk. 

Air terjun Madakaripura adalah sebuah air terjun yang terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Air terjun setinggi 200 meter ini merupakan air terjun tertinggi di Pulau Jawa dan tertinggi kedua di Indonesia.

 Air terjun ini dinamai Madakaripura. Mada dari kata Gadjah Mada, kari artinya peninggalan, dan pura artinya semedi atau sembahyang. 

Air terjun ini dipercaya sebagai tempat Gadjah Mada menyepi dan semedi sampai meninggalnya setelah dicopot dari jabatan Patih karena berbeda paham dengan Prabu Hayam Wuruk dalam peristiwa Perang Bubat. 

Hayam Wuruk berniat menikahi Putri Dyah Pitaloka dari Kerajaan Galuh Pasundan untuk dijadikan permaisuri. Sebagai siasat damai untuk menyatukan 2 kerajaan. Tapi Gadjah Mada justru mencegat dan memaksa Prabu Galuh Pasundan untuk menyerahkan putrinya sebagai Kerajaan bawahan. Prabu Galuh menolak, sehingga terjadilah Perang Bubat yang menewaskan semua tentara dan Prabu Galuh. Sehingga Putri Dyah Pitaloka juga membunuh dirinya, tewas bersama para pengiringnya. 

Mengira air terjun sudah dekat, ternyata perjalanan masih jauh. Senyumku perlahan memudar. Suamiku hanya tersenyum penuh muslihat. Dia pasti mau ngerjain aku. Tidak bilang kalau harus berjalan jauh menuju lokasi. Awas, yaaa. 

Kami menyusuri jalan setapak. Suamiku yang sudah terbiasa menjelajah alam dan naik gunung, enak saja berjalan di depanku. Sementara nafas ku mulai tersengal dan tertinggal. 

Seorang anak ABG menawarkan jas hujan padaku. Katanya di dekat air terjun hujan. Suamiku menggeleng, mengkode aku untuk menolak tawaran nya. Tapi bocah itu terus mengikutiku yang tertinggal jauh dari suami. 

Lumayan, kami bisa mengobrol dan sedikit membuatku lupa akan perjalanan yang melelahkan ini. Kami menyusuri tepi sungai yang kering. Sementara di seberang tanah perbukitan tinggi yang rawan longsor. Tiba-tiba cuaca seperti berubah malam. Jalanan agak gelap seperti petang, padahal baru sekitar pukul sepuluh. Ada aura mistis dan angin dingin membelai tengkukku. Tapi aku berusaha santai. Berasa di negeri antah berantah yang sepi, sunyi tidak ada orang berlalu lalang. Hanya kulihat suamiku yang berjalan di depan, dan bocah penjual jas hujan di sampingku.

Dalam mengunjungi air terjun ini berhembus 3 mitos yang perlu diketahui, tapi boleh percaya atau tidak :

1. Jika mengunjungi tempat ini dengan niat baik, maka perjalanan akan lancar dan mendapat kebaikan. Tapi sebaliknya, kalau mempunyai niat buruk, maka akan menjumpai hal-hal buruk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun