Tiba-tiba Paramitha merasakan energi luar biasa dari lukisan itu. Senyumnya seperti menyuntikkan energi pada Paramitha untuk menghargai dirinya dan bersyukur. Berbahagia dalam segala kondisi. Meski kondisinya dalam keterbatasan, ia tetap bisa melakukan banyak hal. Ada Bunga yang setia membantu dan menyediakan segala keperluan nya.Â
Bersyukur mempunyai anak-anak yang memperhatikan keperluannya meski saling tinggal berjauhan. Dengan gawai mereka bisa berkomunikasi dan berinteraksi di dunia maya.Â
Dibukanya aplikasi untuk menulis di gawai nya. Ia seperti menemukan kembali dirinya yang telah hilang. Ia akan menulis dan terus menulis. Bahkan jika suatu saat nanti raganya telah mati, ruh dalam tulisannya akan tetap hidup.Â
Paramitha tersenyum manis. Semanis senyum monalisa yang menginspirasinya. Senyum pertama sejak dia didiagnosis mengidap banyak penyakit yang berebut menyerangnya.Â
Paramitha kembali tersenyum, sehebat senyum monalisa. Senyum penuh optimistisme dan rasa syukur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H