Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyum Paramitha

9 Maret 2022   11:57 Diperbarui: 9 Maret 2022   22:15 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monalisa, lukisan karya Leonardo da Vinci. Brilio. net

Paramitha memandang foto lukisan yang begitu fenomenal. Perempuan cantik, Lady Lisa yang menarik perhatian dunia dengan senyumnya yang misterius. 

Ada rasa iri dihatinya memandang foto lukisan yang seolah mengejek dirinya. Ya... Hanya foto lukisan. Sebab lukisan aslinya tak ternilai harganya, tersimpan rapi di musium Louvre, Paris. 

Paramitha hampir membanting gawai yang memuat foto lukisan istri bangsawan Italia bernama Francesco Del Giocondo itu. 

Meski hanya lukisan, senyum wanita itu telah membuat seseorang tergila-gila dan bunuh diri karena tak tahan melihat senyumnya dan tak bisa melupakannya. 

"Konyol, " Desis Paramitha. 

Apa menariknya senyum seperti itu? Bisa membius dan menghebohkan dunia. Bahkan Napoleon Bonaparte yang legend itupun tergila-gila padanya. Apa istimewa nya perempuan bernama Gerardini Lisa itu? 

"Brakkk! Paramitha membanting gawai nya di atas kasur penuh rasa kesal. 

Dirinya merasa nelangsa dan iri dengan keberuntungan wanita dalam foto lukisan itu. Dikagumi seluruh dunia. Sementara orang yang memandang dirinya akan menatapnya penuh rasa kasihan. Bahkan mungkin mengejek atau merendahkannya. 

Paramitha memandang dirinya sendiri. Perempuan tua di atas kursi roda. Tak pernah tersenyum apalagi tertawa. Senyum dan tawanya telah dilenyapkan dengan  berbagai penyakit yang menggerogoti dirinya. Osteoporosis, asam urat, hipertensi, diabetes. Penyakit - penyakit itu seperti berebut menyerangnya. Tubuhnya sudah terlalu lemah dan lumpuh. Sungguh bahagia kalau bisa seperti perempuan dalam lukisan itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun