Sepasang tangan kokoh menangkap tangan Andin dan menopang punggungnya yang hampir terpelanting karena tak sengaja menginjak batu yang licin. Andin terhenyak. Tersadar dari lamunan sekaligus dari bahaya yang hampir menimpanya.Â
Mata bulat Andin melongo menatap sepasang mata kelam bak telaga yang masih memegang tangan dan menopang punggungnya. Sejenak mereka bertatapan. Andin segera melepaskan tangannya dan beringsut menjauhi cowok itu.Â
"Namaku Elang Raung. Panggil saja Elang, "
 Cowok itu memperkenalkan diri dan menjabat tangan Andin yang masih terpesona. Tangannya dingin, tapi menyalurkan kehangatan dan rasa aman di hati Andin.Â
"Andin,"
Andin menyebut namanya.Â
"Kamu dari mana, kok tiba-tiba sudah ada di sini? " Andin bertanya polos.Â
"Hahaha, " Elang tertawa.Â
"Aku baru sampai di sini. Tapi lewat jalur Banyuwangi. Dari sana. "
Cowok itu menunjukkan tangannya ke arah timur, tapi Andin hanya melihat kegelapan.Â
"Kalau kamu pasti dari Paltuding kan lewat Situbondo? "