Mohon tunggu...
Kelana Swandani
Kelana Swandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bunda, Aku Positif Omicron!

9 Februari 2022   09:21 Diperbarui: 9 Februari 2022   09:25 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peneliti mempublikasikan penampakan 3D bagian luar virus corona SARS-CoV-2 yang tampak berbintik dan aktif bergerak. (Solodovnikov A. & Arkhipova)

"Bunda, Aku positif Omicron! "

Kata-kata itu mengagetkanku. Membuatku sedikit limbung membaca pesan WA dari si bungsu yang tinggal di Jakarta. Seakan tak percaya dan berharap itu adalah gurauan anakku. 

Kedua anakku tinggal jauh di Jakarta. Aku berharap mereka baik-baik saja, dan berkali-kali tak pernah bosan mengingatkan untuk selalu jaga kesehatan, jaga pola makan, jaga pola hidup sehat. Biasanya mereka selalu bilang, "siap, bunda. " Iya bunda. "Aman, dan sebagainya yang melegakan hatiku. Tapi pesan kali ini mengagetkanku. 

Sebenarnya, dulu si sulung pernah positif covid 19. Saat itu kasusnya masih booming meski sudah agak mereda.  Aku sedikit panik. Mau menyusul ke Jakarta, tapi saat itu sedang pemberlakuan PPKM. Apalagi Jakarta sedang darurat covid-19  sungguh tak bijaksana kalau aku menyusul ke sana. Bisa-bisa malah menambah masalah karena aku bisa tertular. 

Akhirnya aku berkoordinasi dengan si bungsu untuk mengirim kebutuhan kakaknya yang harus isolasi mandiri. 

Susu, telur, buah-buahan, dan sesekali memesankan makanan via go food. 

Si bungsu menghubungkan kami via video call ketika berkunjung. Tapi hanya masuk di luar pagar, sambil menaruh kebutuhan kakaknya. Sementara si sulung hanya melambaikan tangan dari teras menunggu kedatangan adiknya. 

Itu sudah cukup melegakan, melihat kondisi si sulung tidak terlalu mengenaskan. 

Suamiku segera berinisiatif mengirim suplemen, vitamin dan obat-obatan yang dibutuhkan setelah berkonsultasi dengan dokter. Kata si bungsu, saat itu di jakarta susah mencari vitamin dan obat-obatan khusus covid19. 

Setiap hari kami mengirim pesan. Tapi tidak setiap waktu, karena sadar, istirahat yang cukup sangat dibutuhkan untuk menjaga stamina. 

Lima hari kemudian, kondisi si sulung membaik. Sepuluh hari kemudian melakukan tes lagi dan dinyatakan negatif. Dua minggu kemudian, sudah masuk kerja seperti biasa meski dengan protokol ketat. 


-Pilek dan radang tenggorokan

Kembali pesan masuk dari si bungsu setelah pikiranku berkelana teringat saat si sulung positif covid. Aku bertanya pada si bungsu apa yang dirasakannya. 

+Sudah minum obat? "

Kubalas pesan si bungsu. Kulihat dia mengunggah foto hasil tesnya. Ternyata hasil quick test, bukan tes khusus Omicron. Mungkin dia menganggap positif Omicron karena di daerah situ sedang mewabah dan banyak yang terinfeksi bergejala varian Omicron, sehingga menganggap dirinya positif Omicron. Untunglah sebulan yang lalu dia sudah mendapatkan vaksin dosis 1 dan 2 setelah berkali-kali ku ingatkan setengah kupaksa. Sistem kerjanya yang WFH membuat kantornya tidak membuat program vaksinasi, tapi harus aktif melaksanakan vaksinasi mandiri. 

-Sudah, bunda. Sudah agak mendingan kok.

Kulihat hasil tesnya sudah 2 hari yang lalu. Mungkin dia menunggu kondisinya membaik baru memberi tahu aku biar tidak panik. 

"Uhuk.. Uhuk.. Hoek.. Hoek.. 

Suamiku terbatuk sambil menunjukkan gejala mau muntah tapi tidak jadi. 

Cepat-cepat kubalas pesan si bungsu

+ Oke, beli buah buahan, makan yang banyak, konsumsi vitamin dan suplemen, kalau terasa semakin parah dan memburuk, hubungi dokter.

-Baik bunda. 

Segera ku kontak si sulung.

+ Mas, adek positif covid. Tolong dipantau dan dibantu kalau butuh apa-apa. 

-Baik, Bunda. 

Alhamdulillah, si sulung merespon dengan cepat pesanku. Mungkin adiknya sudah menghubunginya terlebih dulu. 

Aku beralih ke suamiku, yang sepertinya juga sakit yang mencurigakan. 

"Mas, ke dokter? " Tanyaku cemas. Kondisinya sepertinya memburuk. 

"Nggak usah. Kami beli obat-obatan dan vitamin saja, persediaan di kotak obat hampir habis, " Jawab suamiku. 

"Oke."

Aku membeli vitamin C, E, suplemen dan obat flu yang direkomendasikan seorang teman. Tak lupa mampir ke tempat buah-buahan. Membeli jeruk dan buah naga yang harganya terjangkau. 

Lima hari kemudian. 

+Dek  sudah sembuh? " Hari kelima aku selalu menuliskan pesan yang sama pada si bungsu. 

- Alhamdulillah, tinggal pilek nya dikit, Bunda. 

+ Syukurlah, ayah juga membaik dan hampir sembuh, jawabku. 

Tapi kali ini aku yang terkena flu berat. Semalam hidungku mampet. Tenggorokan agak sakit, dan diare. Badan rasanya meriang. Diam-diam aku sedikit panik, tapi berusaha tenang. Aku browsing sejenak tentang gejala Omicron. 

Mengutip NBC Chicago, ada serangkaian gejala baru omicron. Berikut gejalanya.


1. Demam atau kedinginan
2. Batuk
3. Sesak napas atau kesulitan bernapas
4. Kelelahan
5. Nyeri otot atau tubuh
6. Sakit kepala
7. Hidung tersumbat atau pilek
8. Mual atau muntah
9. Diare

Dari 9 gejala itu, hanya nomor 3 dan 6 yang tidak kurasakan. Aku segera mengkonsumsi obat-obatan dan memaksakan diri tetap makan dan memperbanyak buah-buahan meski terasa pahit. 

Alhamdulillah, sekarang kondisiku sudah membaik, 90% sembuh, begitu pula dengan suamiku. 

Si bungsu pun sudah sembuh dan siap tes lagi, semoga hasilnya negatif. 

Jangan lupa selalu menerapkan prokes di mana saja dan selalu berdoa. Karena kita hanya berikhtiar, sedang apa yang menjadi takdir kita, Alloh yang menentukan, penguasa segala kehidupan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun