Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengintip Potensi Wisata Menjelang Nataru

13 Desember 2021   07:56 Diperbarui: 28 Desember 2021   11:54 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Laksmana Cheng Ho/Zheng He

Amankah berwisata ke luar daerah saat ini? Bagaimana kondisi tempat wisata sekarang? 

Sudah tidak perlu dikatakan, adanya pandemi covid-19 merupakan pukulan keras bagi sektor wisata. Tempat-tempat wisata kehilangan gaungnya, bahkan diperintahkan untuk ditutup. Namun tidak hanya sektor wisata,hampir semua  lini kehidupan tertampar dan terpuruk. 

Dini hari yang sendu, tapi suasana di pinggir jalan suluk-dolopo, tepatnya di selatan SMA Dolopo menampakkan tanda-tanda kehidupan. 

Tiga buah armada bus terparkir gagah, satu persatu rombongan keluarga mulai berdatangan. Hari ini terasa istimewa. Setelah sekian lama pandemi covid memenjarakan aktivitas wisata, untuk pertama kalinya acara wisata kembali digelar. 

Awalnya ada sedikit keraguan, apakah acara wisata diadakan di saat kondisi belum jelas seperti ini adalah langkah yang tepat. 

Meski sebenarnya, sudah lama saya dan suami, biasa menikmati wisata di sekitar area Madiun yang terlihat sudah normal, tapi untuk ke luar daerah tentunya butuh pertimbangan lain. 

Mungkin yang utama tetap sebisa mungkin prokes, meski pastinya tidak bisa dijalankan dengan sempurna. Paling tidak  bermasker, itu yang paling utama. 

Adanya kebijakan pemerintah untuk tidak menerapkan PPKM level 3 saat liburan nataru ikut berperan dalam pertimbangan kami untuk mengikuti acara wisata ini. Akhirnya kami memutuskan untuk ikut. Wisata Keluarga besar SMAN Dolopo, Kabupaten Madiun ke Semarang. 

Dengan diawali doa keselamatan dan kelancaran acara wisata hingga nanti kembali ke rumah masing-masing, bis mulai bergerak perlahan beriringan. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 kurang sembilan menit, dini hari. Sedikit terlambat sekitar 1 jam dari waktu yang direncanakan. 

Bismillahhi tawakkaltu 'alallah, laa haula wa laa quwwata illa billaah 

( Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tiada daya dan kekuatan kecuali milik Allah.) 

Bis berhenti di rest area. Memberi kesempat anggota rombongan untuk menunaikan shalat subuh.

 Ternyata toilet dan mushola penuh antrian. Tidak menyisakan suasana pandemi, kecuali tetap bermasker, dan simbol-simbol untuk tetap menjaga jarak dan prokes. 

Keraguan dan keyakinan bercampur menjadi satu. Antara yakin aman karena banyak orang yang bersama-sama melakukan perjalanan wisata, sekaligus khawatir karena berkerumun dan berdesak-desakan. Akhirnya keputusan akhir"yang penting yakin" sambil sebisa mungkin tetap prokes. 

Pukul 06.07 wib, rombongan memasuki tujuan wisata pertama. Dusun sumilir. Suasana masih sepi, karena ternyata area wisata baru buka pukul 8 pagi. Sementara acara diisi dengan sarapan nasi box yang sudah tersedia. 

Ada rombongan lain yang mengawali acaranya dengan senam bersama di halaman tempat wisata, sambil membuat konten tiktok atau youtube. Ada yang menuju mushola dan menunaikan shalat dhuha. 

Loket dibuka, beberapa pengunjung membeli karcis Tapi kami merupakan rombongan , jadi pembelian karcis sudah dikoordinir, bisa langsung mengantri di pintu masuk. Dengan prokes dan men scan kode QR peduli lindungi, atau menunjukkan bukti telah divaksin 1 dan 2 kami diperbolehkan masuk area wisata.

Ternyata Wisata Dusun Sumilir ini adalah area pemasaran berbagai produk kerajinan, dari fashion, tas, oleh-oleh sampai wisata kuliner. 

Masuk ke area, kami disambut dengan patung pasangan pengantin yang biasa dikenal dengan nama patung loro blonyo. 

Patung ini merupakan simbol kesuburan dan kemakmuran, sedang patung yang ditempatkan di dalam rumah melambangkan area pribadi suami istri, bisa juga untuk menunjukkan kalau pemilik rumah telah berkeluarga. 

Loro blonyo, adalah patung sepasang pengantin yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran. 
Loro blonyo, adalah patung sepasang pengantin yang melambangkan kesuburan dan kemakmuran. 

Selanjutnya gemerlap lampu dan puluhan lampion menghiasi langit-langit dengan kanan kiri merupakan lapak fashion, dan berbagai kerajinan. 

Lumayan, suamiku berbaik hati membelikanku 3 papan coklat seharga 160 ribu. Bukan harganya, tapi menjelang anniversary ke 25, masih mengingat kesukaan ku adalah hal yang patut disyukuri... (Bloom..., hihihi) 

Spot selanjutnya, area kuliner, dari siomay, bakso, soto, jajanan  kreatif dan inovatif sampai tahu gimbal khas Semarang. 

Saya dan suami sempat mencicipi es krim goreng dengan topping oreo dan marshmello seharga 30 ribu / cup. Lumayan, tidak mengecewakan, meski biasanya kami membeli es krim cone hanya seharga 5 ribu. Karena kami sedang berwisata dan menikmati kegembiraan, harga berlipat pun terasa murah. Ehmmm... 

Harga-harga di sini memang relatif lebih tinggi dibanding harga di luar, tapi tetap ada keistimewaan yang ditawarkan. Di samping suasana yang piknik able, juga pelayanan dan sesuatu yang lain. 

Seperti es degan yang juga sempat kunikmati. Kalau biasanya satu gelas es degan seharga 5 ribu, di sini dipatok harga 15 ribu, tapi tersedia sebotol sirup/ air gula merah yang bisa dinikmati sesukanya dan gratis. 

Selanjutnya ada juga festival burung macaw. Kebetulan suami saya sempat ngopi bareng dengan Pak Anis yang sedang mengikuti festival burung macaw. Burung ini berharga puluhan juta sampai miliaran. Burung yang memenangkan festival harganya bisa melambung tinggi. 

Di area wisata Dusun Sumilir ini juga dilengkapi area robot yang menarik untuk anak-anak dan permainan lainnya, wisata naik kuda, naik kereta keliling area wisata, bahkan naik perahu gondola, khas venezia Italia di sungai buatan. Pokoknya banyak spot menarik yang bisa dinikmati di sini. 

Perjalanan wisata berlanjut untuk bersantap siang di depot. Dengan menu yang beragam dan mengundang selera, gratis lagi, hehehe.. 

Kampung Semarang menyambut rombongan untuk mendapatkan berbagai oleh-oleh khas Semarang. Beberapa rombongan sempat menunaikan shalat dhuhur disini.

Lumpia semarang berisi rebung, seharga 40-55 ribu/besek, harga dari pengrajin sampai ke pusat oleh-oleh. Coklat batangan besar, sekitar 50-60 ribu
Lumpia semarang berisi rebung, seharga 40-55 ribu/besek, harga dari pengrajin sampai ke pusat oleh-oleh. Coklat batangan besar, sekitar 50-60 ribu

 Lanjut ke masjid agung untuk shalat bagi yang belum, sekalian membersihkan diri dan mandi. Maklumlah, bepergian di saat pandemi harus ekstra hati-hati. 

Meski bau got yang tersumbat cukup mengganggu, tapi kami tetap menunaikan kebutuhan mandi untuk menyegarkan diri dan berganti baju yang sudah penuh ditempeli virus. 

Berhenti sebentar di  griya Batik dan pusat oleh-oleh dengan harga terjangkau, bahkan bisa dikatakan murah. 

Menuju lawang sewu disambut gerimis, tapi masih bisa ditoleransi tanpa perlu memakai payung. Hanya cukup berhati-hati karena banyak genangan air. 

Lawang sewu adalah gedung kuno peninggalan Belanda dengan gaya eropa, besar, kokoh dengan banyak pintu yang nyaris sama. 

Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM)

Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan Pameran, Ruang Pertemuan, Pemotretan, Shooting, Pesta Pernikahan, Festival, Bazar, Pentas Seni, Workshop, dll. 

Kereta api di Lawang sewu
Kereta api di Lawang sewu

Sempat berputar-putar untuk mencari jalan ke luar, akhirnya ketemu tangga kebawah menuju pintu keluar. Kami harus bergegas karena bis tidak boleh parkir. Hanya diperbolehkan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. 

Obyek wisata selanjutnya adalah Kuil Sam poo Kong. Kuil atau Klenteng Sam poo kong ini dibangun untuk mengingat perjalanan Laksmana Cheng Ho. 

Patung Laksmana Cheng Ho/Zheng He
Patung Laksmana Cheng Ho/Zheng He

Laksamana Zheng He atau lebih dikenal Laksamana Cheng Ho adalah salah satu tokoh muslim ahli geografi yang berperan penting dalam sejarah penjelajahan dunia.

Ketika berlayar ke Indonesia, salah seorang prajurit nya yang bernama Wang Jing(kemudian lebih dikenal sebagai Dampo Awang) jatuh sakit, sehingga kapalnya singgah di daerah Simongan, Semarang. 

Kemudian Wang Jing  memutuskan untuk menetap di daerah Simongan dan membaur dengan penduduk sekitar dan mengajarkan cara bercocok tanam. Sedang Laksmana Cheng Ho melanjutkan perjalanan ke Tuban. 

Bangunan Klenteng yang unik dan cantik hanya bisa kami nikmati keindahannya dari luar, sebab di samping tempat wisata, Klenteng ini juga menjadi tempat peribadatan. Tak bijak rasanya kalau kami memasuki tempat peribadatan hanya untuk melihat- lihat. 

Senja mulai menyapa, gemerlap lampu mulai menghias Klenteng dengan lampion-lampion yang khas. Saatnya kami menuju kota lama sekalian menunaikan shalat maghrib dan Isya'. 

Kuil/Klenteng/ Wihara Sam Poo Kong
Kuil/Klenteng/ Wihara Sam Poo Kong

Acara terakhir adalah makan malam dan seremonial sederhana untuk mengantar Bapak Gino yang telah memasuki masa purna tugas. Sudah puluhan tahun beliau mengabdi di SMAN Dolopo bersama Bu Gino yang sudah lebih dahulu menjalani purna tugas. 

Semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu mengiringi langkah beliau sekeluarga khususnya, dan semua keluarga besar SMAN Dolopo. Beliau juga salah satu teman sejawat suami yang tidak akan pernah saya lupakan jasanya. Malam-malam mengantar kami sekeluarga dengan 2 batita ke terminal saat aku dalam kesedihan mendalam karena bapak berpulang, 22 tahun yang lalu. Mohon maaf baru bisa berterima kasih sekarang. 

Saatnya kembali ke Madiun setelah puas menikmati keindahan kota Semarang dan sekitarnya. Terima kasih tak terhingga pada Bapak Anim Hadi Susanto selaku kepala sekolah dan semua panitia yang telah memfasilitasi wisata keluarga yang menarik, memuaskan dan berkesan. 

Terima kasih juga kepada Keluarga besar SMAN Dolopo, semoga semakin bersemangat dan optimis menyongsong era global dan digital. Sehat, kuat, tulus, ikhlas mencetak generasi penerus negeri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun