Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Ibu rumah tangga - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Peringkat 3 dari 4.718.154 kompasianer, tahun 2023. Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terjebak dalam Pelatihan Anyaman dan Decoupage

7 Oktober 2021   20:46 Diperbarui: 8 Oktober 2021   12:14 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan anyaman Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Desa Krandegan, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jatim (Dokpri)

PR pagiku usai. Istirahat sejenak sambil menuntaskan keringat sebelum mandi. Rencananya aku mau menjahit beberapa baju. Kebetulan 3 hari yang lalu aku belanja beberapa potong kain, ditambah kemarin suamiku mengajakku ke kota. 

Seperti nya dia sedang banyak uang karena mentraktir ku makan. Aku juga tidak menyia-nyiakan untuk belanja kain yang tidak bisa kudapatkan di kota kecamatan dekat tempat tinggal ku. Kebetulan mood ku lagi bagus untuk menjahit. 

Kuraih gawai ku sambil bersantai sejenak. Sedikit kaget ada banyak panggilan tak terjawab dari bu Modin dan Bu RT. Sejenak ada rasa tak nyaman, tapi semoga tidak ada hal yang tidak baik. Dengan bismillah kupencet nomor Bu Modin, tapi tak ada jawaban. Kuganti pencet nomor Bu RT juga tak ada jawaban. 

Tapi ada panggilan tak terjawab lagi dari keduanya. Akhirnya kudapati telepon dari Bu RT. Alhamdulillah, ternyata bukan hal yang buruk, tapi memintaku untuk mengikuti pelatihan anyaman, yang kalau tidak salah sudah direncanakan sebelum pandemi covid-19. 

Setelah mengiyakan permintaan Bu RT, aku langsung bergegas mandi dan mempersiapkan segalanya. 

Sampai di kantor desa, agak ngeper melihat semua berseragam, sedang aku berbaju semau gue, seperti orang salah kostum. Untuk meyakinkan ku WA bu RT, khawatir salah masuk. Ternyata tidak. Ya sudah, aku langsung bergabung saja. Bersyukur, ada Bu Yun, Mbak Dewi dan beberapa ibu-ibu yang sudah kukenal, jadi meski terlambat tidak terlalu canggung. 

Semua sudah menganyam dan setengah jadi. Aku yang baru datang agak bingung juga. Langsung saja mengambil bahan yang di sediakan sambil bertanya kanan kiri dan memperhatikan apa yang harus dilakukan. Alhamdulillah, bu Siti yang baik hati telaten mengajariku dari awal, sehingga pelan-pelan aku bisa mengejar ketertinggalan. 

Ada peserta yang sudah selesai menganyam, sehingga lanjut ke tahap berikutnya. Sedang Bu Indah Sayanti yang menjadi narasumber memberikan bonus dengan memperkenalkan teknik decoupage. Awalnya yang tertangkap telingaku, adalah decofit. Jadi begitu pula aku menyebutnya. Meski sederhananya mungkin bisa disebut gambar tempel

Untung ada teman fbku yang menanyakan tentang tekhnik decoupage ini, membuatku kepo untuk berseluncur menguliknya. 

Decoupage adalah seni kerajinan dengan cara memotong / menggunting dan menempel objek gambar pada media tertentu. Objek gambar biasanya berasal dari tisu khusus decoupage yang disebut servietten.

Decoupage berasal dari bahasa perancis yaitu decouper , yang artinya memotong. Meskipun sudah lama populer, namun masih banyak yang kurang tepat dalam pengucapan kata decoupage. Pengucapannya bukan 'dekaupej' melainkan 'dei-koo-paazh' (deikupaazh)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun