PR pagiku usai. Istirahat sejenak sambil menuntaskan keringat sebelum mandi. Rencananya aku mau menjahit beberapa baju. Kebetulan 3 hari yang lalu aku belanja beberapa potong kain, ditambah kemarin suamiku mengajakku ke kota.Â
Seperti nya dia sedang banyak uang karena mentraktir ku makan. Aku juga tidak menyia-nyiakan untuk belanja kain yang tidak bisa kudapatkan di kota kecamatan dekat tempat tinggal ku. Kebetulan mood ku lagi bagus untuk menjahit.Â
Kuraih gawai ku sambil bersantai sejenak. Sedikit kaget ada banyak panggilan tak terjawab dari bu Modin dan Bu RT. Sejenak ada rasa tak nyaman, tapi semoga tidak ada hal yang tidak baik. Dengan bismillah kupencet nomor Bu Modin, tapi tak ada jawaban. Kuganti pencet nomor Bu RT juga tak ada jawaban.Â
Tapi ada panggilan tak terjawab lagi dari keduanya. Akhirnya kudapati telepon dari Bu RT. Alhamdulillah, ternyata bukan hal yang buruk, tapi memintaku untuk mengikuti pelatihan anyaman, yang kalau tidak salah sudah direncanakan sebelum pandemi covid-19.Â
Setelah mengiyakan permintaan Bu RT, aku langsung bergegas mandi dan mempersiapkan segalanya.Â
Sampai di kantor desa, agak ngeper melihat semua berseragam, sedang aku berbaju semau gue, seperti orang salah kostum. Untuk meyakinkan ku WA bu RT, khawatir salah masuk. Ternyata tidak. Ya sudah, aku langsung bergabung saja. Bersyukur, ada Bu Yun, Mbak Dewi dan beberapa ibu-ibu yang sudah kukenal, jadi meski terlambat tidak terlalu canggung.Â
Semua sudah menganyam dan setengah jadi. Aku yang baru datang agak bingung juga. Langsung saja mengambil bahan yang di sediakan sambil bertanya kanan kiri dan memperhatikan apa yang harus dilakukan. Alhamdulillah, bu Siti yang baik hati telaten mengajariku dari awal, sehingga pelan-pelan aku bisa mengejar ketertinggalan.Â
Ada peserta yang sudah selesai menganyam, sehingga lanjut ke tahap berikutnya. Sedang Bu Indah Sayanti yang menjadi narasumber memberikan bonus dengan memperkenalkan teknik decoupage. Awalnya yang tertangkap telingaku, adalah decofit. Jadi begitu pula aku menyebutnya. Meski sederhananya mungkin bisa disebut gambar tempel
Untung ada teman fbku yang menanyakan tentang tekhnik decoupage ini, membuatku kepo untuk berseluncur menguliknya.Â
Decoupage adalah seni kerajinan dengan cara memotong / menggunting dan menempel objek gambar pada media tertentu. Objek gambar biasanya berasal dari tisu khusus decoupage yang disebut servietten.
Decoupage berasal dari bahasa perancis yaitu decouper , yang artinya memotong. Meskipun sudah lama populer, namun masih banyak yang kurang tepat dalam pengucapan kata decoupage. Pengucapannya bukan 'dekaupej' melainkan 'dei-koo-paazh' (deikupaazh)
Anyaman ku masih belum selesai juga, sementara Bu Indah masih melanjutkan keterangannya, agar semua menghargai dekofit yang sudah diberikan, karena sudah dipilihkan bahan yang bagus, yaitu decoupage dari Eropa. Sedang decoupage ini ada 2 macam, buatan Eropa dan china.Â
Di pasaran, ada dua jenis tisu decoupage yang beredar. Yaitu tisu made in China yang biasanya dijual dengan harga yang lebih murah antara kisaran 7000 per lembar. Dan tisu made in Europe, yang harga pasarannya lebih mahal, biasanya berkisar antara 10.000 - 12.000 per lembar.Â
Ketika Bu Indah menjelaskan cara penempelan dekofit, ku hentikan dulu anyaman ku yang belum selesai, yang penting aku sudah paham caranya. Ku video dulu cara penempelan dekofit, agar nanti bisa ku lihat saat aku sedah selesai menganyam dan siap menempel. Jadi sadar kalau aku belum kebagian kertas dekofit. Untunglah Mbak Hanin bersedia memberikan untukku.Â
Waktu sudah begitu siang, acara harus diakhiri agar masih panjang waktu dzuhur. Anyaman ku sudah selesai,setelah tadi ibu yang duduk di depanku membantu penyelesaian akhir tas, tapi masih bingung memasang pegangan tas.Â
Lagi-lagi aku beruntung, Mbak Inti  mengajariku memasang pegangan tas. Setelah paham caranya, aku berganti menempel decoupage, sebab itu yang hanya tersedia di tempat pelatihan, sedang merapikan anyaman dan memasang pegangan bisa ku lanjutkan di rumah. Aku segera pulang bersama Bu Yun yang tinggal berdekatan denganku.Â
Alhamdulillah, acara usai, dan tasnya sudah berhasil kuselesaikan meski dalam keterbatasan. Kata teman-temanku, dan adikku, tasnya mempunyai nilai jual.Â
Semoga pelatihan anyaman ini membawa berkah dan manfaat bagi saya dan semuanya. Saya ucapkan terima kasih tak terhingga pada  Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Desa Krandegan, Kebonsari, Madiun dan semua pihak yang membantu terlaksana nya pelatihan ini.Â
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI