Selama itu saya memasukkan lamaran ke beberapa SMA dan bahkan ke sebuah universitas di kota saya yang mempunyai jurusan pertanian, karena saya pikir dengan IPK di atas 3,5 akan mudah melamar menjadi dosen di sebuah PTS, tapi ternyata sampai sekarang tidak ada panggilan, sekalipun cuma interfiew.Â
Ada lagi lowongan THL Penyuluh pertanian. Sayapun memasukkan lamaran, membayangkan seperti saat KKN, berbicara di depan para petani adalah hal menyenangkan, apalagi saat mereka antusias mendengarkan apa yang saya omongkan, sungguh memberikan kepuasan dan kebahagiaan tersendiri, apalagi nilai mata kuliah penyuluhan pertanian saya mendapat nilai A. Tapi lagi-lagi saya tidak diterima alias gagal.
Akhirnya saya fokus mengurus anak dan suami, dan sudah tidak punya keinginan untuk bekerja lagi. Sampai anak-anak sudah kuliah semua, ada kesempatan untuk mengikuti pelatihan menjahit, sayapun ikut mendaftar karena biasanya saya menjahit otodidak. Saya tak peduli meski pelatihan ini sebenarnya ditujukan untuk anak-anak putus sekolah. Bagi saya selama hal itu bermanfaat dan menyenangkan, maka akan saya jalani dengan sungguh-sungguh. Paling tidak saya tidak perlu mencari baju yang muat di tubuh saya karena bisa menjahitnya sendiri. Saya merasa sudah cukup puas menikmati hidup. Tinggal di rumah sendiri, bisa menjahit baju sendiri, bisa memasak sendiri, digaji suami, dan semua keinginan saya sudah terpenuhi, karena semua yang sudah saya capai itulah yang saya inginkan dan saya syukuri. Mungkin suami saya benar, saya tidak mempunyai passion. Karena semua saya jalani dengan santai, nyaman tanpa tuntutan, paksaan dan tekanan. Bagaimana menurut anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H