" Tidak apa-apa, Mas. Aku juga banyak pasien akhir-akhir ini. Semoga Mas Prabu juga selalu sehat".
"Alhamdulillah, aku sehat-sehat saja, cuma kangen sama kamu," Prabu tertawa renyah dari seberang sana. Wajah Laksmi memerah . Tapi hanya tersenyum.Â
"Maaf, Laksmi. Mungkin aku belum bisa memenuhi janjiku padamu dalam waktu dekat ini. Papaku belum bisa kuhubungi, sementara Mama masih sibuk dengan kegiatan sosialnya. Tapi aku berjanji akan mempersiapkan secepatnya,".
" Iya, Mas. Tidak apa-apa," Laksmi tersenyum meski ada sedikit kecewa di hatinya jika masih harus menunggu Prabu meminangnya. Tapi mungkin baik juga untuk memberi kesempatan lebih mengenal keluarga Prabu yang masih menjadi misteri baginya. Pernikahan adalah masalah serius, dirinya harus mempersiapkan dan memahami semuanya dengan matang.
"Baiklah Laksmi, sampaikan salamku buat ayah dan ibu ya. Salam dari calon menantunya yang sholeh," Prabu kembali tertawa renyah.
"Baik, Mas. Insya allah salamnya tersampaikan. Assalamu'alaikum...".
" Wa'alaikumsalam,..".
Laksmi kembali memasukkan ponselnya ke saku jas putihnya, sementara Damar Sukmo diam-diam mengamati dokter Laksmi dari kejauhan. Hatinya benar-benar telah tertambat pada perempuan itu. Akhhh....kepalanya kembali berdenyut sakit.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H