Mohon tunggu...
Isti Yogiswandani
Isti Yogiswandani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Suka traveling, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Senja di Kedung Malem (3)

28 Januari 2020   14:56 Diperbarui: 30 Januari 2020   07:19 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedung malem (air terjun slampir) | dokpri

Damar Sukmo membuka matanya, kepalanya masih terasa sakit. Dirabanya perban yang membungkus rapi luka di kepalanya. Tiba-tiba darahnya tersirap. Di depannya berdiri perempuan cantik berbaju putih. Damar Sukmo terpesona, seperti remaja yang bertemu perempuan pujaannya. 

"Aduhhh, sakiiit...," Damar Sukmo memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. 

"Sabar ya,Paklek. Kepala paklek mendapat benturan, sehingga mengalami trauma ringan tapi cukup serius. Sebaiknya paklek istirahat dulu saja sambil melihat perkembangan selanjutnya," perempuan muda itu tersenyum sangat manis, membuat jantung Damar Sukmo berdetak lebih cepat. Entah kenapa dirinya tiba-tiba kembali merasa muda, seperti remaja yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Akhhh....Damar Sukmo jd mempertanyakan kewarasan otaknya sendiri. Apakah ini perasaan alamiah yang dialami,pengaruh obat-obatan yang disuntikkan ke tubuhnya, atau karena benturan di kepalanya yang menyebabkan otaknya kopyor.

"Aduuhhh...," Damar Sukmo merintih, kepalanya kembali berdenyut sakit. Tapi kali ini juga dirinya berharap perwmpuan itu kembali mengelus kepalanya

"Paklek? Kenapa perempuan itu memanggilnya Paklek?"

"Damar, ini anak sulungku. Dokter Laksmi Puspita. Kamu tak perlu khawatir. Kita sekarang berada di kliniknya. Insya allah kondisimu sudah aman," Elang tahu-tahu sudah berdiri di samping perempuan muda yang telah menawan hatinya itu. Perempuan itu menganggukkan kepala dengan santun dan kembali tersenyum menggetarkan hati Damar Sukmo. Damar Sukmo tersenyum bahagia.

"Hah? Perempuan muda itu anak sulung Elang?" Apa kata dunia kalau dirinya kesengsem pada perempuan yang lebih layak jadi anaknya?" kepala Damar Sukmo kembali berdenyut sakit. Tiba-tiba HP dokter  Laksmi berbunyi. Laksmi melirik sang penelepon.

"Maaf ayah, paklek. Laksmi terima telepon dulu," dokter Laksmi meminta ijin dengan santun untuk menjawab telepon. Kemudian bergegas menjauh  dari ayah dan sahabat ayahnya itu.

"Assalamu'alaikum," terdengar suara laki-laki yang begitu tenang, tapi membuat dokter Laksmi gemetar dan deg-degan. Prabu Attalah yang meneleponnya. Lelaki yang telah sekian lama menjadi teman dekatnya. Yang dalam waktu dekat ini telah berjanji untuk melamarnya.

"Wa'alaikumsalam Mas Prabu," suara dokter Laksmi bergetar. Semoga Mas Prabu tak merasakan tanganku yang gemetar dan suaraku yang bergetar, bisik hati Laksmi.

"Apa kabar, Laksmi. Maaf, aku baru bisa menghubungimu".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun