Drama adegan menyoroti kehidupan mereka saat remaja dan Li Jinjian baru saja masuk SMA. Taukan gimana rasanya anak puber perempuan saat itu? Masa yang sangat menyenangkan. Li Jinjian tumbuh tanpa sosok ibu dan hidup bersama dengan dua anak laki-laki yang rupawan yang menjadi kakak angkatnya. Sikapnya yang manja dan sedikit tomboi menjadi masalah serius sebetulnya.
Hiruk pikuk kehidupan sekolah membawanya bertemu kepada Qi Mingyue atau sering disapa Yueliang dan Tang Chan artis remaja pada masanya.
Li Jinjian lebih akrab dengan Yueliang. Pertemanan ini bermula karena Yueliang berhasil diselamatkan oleh Ziqui, Ling Xiao dan Li Jinjian. Saat itu Yueliang hendak menuju sekolah namun saat di jalan bertemu perampok. Datanglah Li Jinjian dan bergegas memanggil dua kakaknya untuk menolong Yueliang menggunakan microfon sekolah. Akhirnya ibu Yueliang mentraktir mereka sebagai ungkapan terimakasih.
Lagi-lagi drama ini menonjolkan sisi lain dari bagaimana peran ibu mendidik dua sahabat Li Jinjian. Ibu Yueliang selalu bersikap perfeksionis dan sedikit meremehkan pilihan-pilihan Yueliang. Saat itulah kehadiran sosok ibu malah menjadi bumerang untuk setiap karakter drama ini.
Belum lagi Tang Can yang cukup sukses untuk mendapatkan peran sebagai artis saat beranjak remaja, semula kedua orang tuanya mensuport dengan penuh suka ria. Namun setelah masuk usia life quarter crisis disinilah cita-cita Tang Can tak dihargai oleh ibunya.
Karena jatuh bangunnya tak kunjung mendapatkan hasil yang baik. Sebetulnya ibunya sangat berharap pekerjaan Tang Can bisa menghasilkan uang dengan stabil, namun perkataan sang ibu sangat kasar dan emosi terhadap dirinya.
Sehingga Tang Can yang sejatinya membutuhkan suport malah justru membalas dengan ego dan emosi yang memuncak. Segmen ini ada pada masa mereka masuk usia 25 an.
Balik ke usia SMA. Sepanjang perjalanan sekolah, ibu Ling Xiao yang meninggalkannya begitu lama tiba-tiba menemuinya di kantin seberang sekolah. Betapa muaknya mimik Ling Xiao terhadap perlakuan sang ibu. Ternyata si Ibu Chen Ting menikah lagi dan punya anak perempuan menyebalkan bernama Cheng zi.
Selama ini ia tinggal di Singapur, tak pernah terdengar kabar akan dirinya Ling He ping langsung merespon sangat murka. Chen Ting tak paham bahwa sesungguhnya Ling Xiao begitu sedih dan marah saat ia kabur begitu saja. Hati ibu yang seperti apa memperlakukan anak tanpa rasa iba sedikitpun.
Kala itu Cheng Zi ingin sekali akrab dengan Ling Xiao namun, rasa keberatan pada dirinya begitu melekat. Pada suatu momen Si kecil menyebalkan itu tersungkur dan menyebabkan cidera serius. Saat yang naas itu malah bersama dengan Li Jianjian pula, betapa sensitifnya Chen Ting dan berprasangka buruk terhadapnya. Li Jianjan dituduh mendorong anak itu hingga menyebabkan kejadian sial ini.
Tapi sikap santainya tak mempengaruhi sama sekali. Bagaimanapun Ling Xiao berada di dekat Li Jianjan dan membelanya.