Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Istri dan Ibu

Menulis harus fokus setajam sorot lensa📸 menulis bagiku meruncingkan ujung pena🖋menulis itu menebarkan kebaikan🧕🏻Menulis itu meningkatkan keimanan📖

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sempolet Kuliner Ciri Khas Cinta Seribu Pulau

18 November 2024   10:33 Diperbarui: 18 November 2024   11:29 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumen Pribadi


Waktu itu saat masih kuliah saya ingin sekali menikmati segudang makanan khas Kepulauan Riau. Sangat sedap aroma rempah ketika melintasi jalanan ke kampus.

Maklum jalan menuju kampus dekat dengan rumah penduduk yang mayoritas orang melayu. Menariknya studi saya juga fokus terkait keanekaragaman hayati laut. Jelas berbanding lurus dengan makanan melayu yang identik dengan ikan, siput, ketam dan sejenisnya.

Belajar sambil makan-makan tentu menjadi rutinitas kami. Saat di kampus belajar mata kuliah yang melekatnya kalimat kandungan ikan segar yang bernutrisi memiliki vitamin lengkap yakni A, D, E dan K sehingga menjadi alasan untuk diolah menjadi minyak ikan.

Olahan produk kelautan yang sangat inovatif membuat penasaran saya tentang laut. Terutama makananya itu. Dibaliknya pulalah yang akhirnya membuat saya kepincut dengan ayahnya anak saya hehehe.

Bermula dari kampus yang sama dia yang merantau nun jauh di seberang pulau. Banyak pulaunya yang ia arungi untuk menutut ilmu teknik elektro dan ia menjuluki menempuh cinta seribu pulau.

Kami sering berdiskusi saat memasak, saya mendengarnya seperti berdiskusi dengan dosen yang asli terjun di pesisir pantai. Tapi kok malah lebih paham yaa, selama ini saya memang kesulitan untuk menggali setiap mata kuliah biota perairan karena saya orang gunung bukan orang pantai.

Kali ini kami menikmati sempolet. Kuliner ini berasal dari Meranti Riau dan wilayah sekitarnya. Hampir mirip dengan kapurung yang terbuat dari sagu hanya bedanya sempolet dinikmati dengan beragam sayur mayur dan siput, kerang dan udang. Sementara kapurung hanya bersanding dengan lauk ikan saja.

Aroma lada hitam yang tajam, gurihnya siput segar dan dihirup saat masih panas merelaksasikan tubuh yang penat seharian.

Impian saya terwujud, untuk kali ini kenikmatan yang tiada tara bisa saya resapi begitu hangat saat musim penghujan menjelang. Rasa murni makanan laut tanpa tambahan apapun lebih umami ketimbang melewati ultra processed food.

Murah, sederhana dan semuanya tersedia di alam. Hanya sederhana itu untuk memanjakan lidah. Pembuatannya juga tak rumit hanya bawang merah putih, cabai rawit, lada hitam dan sejumput garam serta penyedap rasa. Dihaluskan dengan teksturnya yang pas agar larut bersama air. Di masak bersama air mendidih dan jangan lupa untuk melarutkan sagu tepung.

Setelah semua tercampur rata sempurna barulah tambahkan siput, udang dan sayur menjadi penutupnya.

Hasilnya melimpah ruah membagi tentangga kiri dan kanan untuk mencicipi. Kami di rumah menyantapnya dengan bincang-bincang kecil bagaimana saat bertemu. Pertama kali tangan digenggam dan berjalan bersama saat sudah sah menjadi pasangan halal.

Kadang sesekali saling menertawakan dan tersipu malu-malu mengulang kembali duduk dipelaminan.

Selain perbedaan warna kulit untuk saling mengenal ternyata perbedaan kuliner juga bisa menyatukan. Rasa dan bumbunya setiap santapan yang kita bina selalu melebur dilidah dan diingat dalam momen yang bahagia.

Bulan-bulan ini musim hujan akan terasa panjang dan peluang untuk selalu bersama jugakan terasa lama. Besok-besok kami akan menyantap sempolet dari lokan semoga tidak mengecewakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun