Kalaupun pemikiran tentang keyakinan menikah menjamin kehidupan selanjutnya, itu muncul di individu hanya berdasarkan kesadarannya sendiri. Untuk hukum-hukum yang berlaku umum seperti kesejahteraan sosial yang dijelaskan Al-Qur'an misalnya hanya bisa diwujudkan dalam implementasi hukum yang diadopsi.
Jika mungkin kita betah melajang karena khawatir dengan segala hal diluar kendali kita sah-sah saja. Daripada bertemu orang yang tidak bertanggung jawab mengamalkan isi Al-Qur'an sebagai pedoman untuk menuntun pernikahan yang diberkahi tentunya. Segala persiapan matang tetap harus dijalani dengan optimal, bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi yang harmonis dalam meneruskan keturunannya.
Tantangan yang bertolak belakang dari perintah agama menjadi pembuktian untuk menjadi lebih baik dalam pernikahan perlu ilmu mental tingkat tinggi. Mendidik, mencari nafkah halal, mengasuh dengan ajaran yang mulia pasti kesulitan dan kepayahan menjadi batu sandungannya.
Namun begitulah karakter muslim sesungguhnya, bagaimanapun hidup yang karam akan senantiasa diperjuangkan hingga meraih hasil yang terbaik. Sehingga bukan keputus asaan yang hadir melainkan pembuktian yang terbaik dalam hidup untuk dipersembahkan. Semoga kita semua bisa menghdapi masalah kesiapan pernikahan dengan keberkahan nantinya. Pasangan yang hadir menjadi penyejuk jiwa, serta anak-anak yang lahir menjadi anugerah terindah yang pernah ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H