Mohon tunggu...
Istih Sunnysun
Istih Sunnysun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kamda Cibiru

Senang menulis karya fiksi dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun UMKM dalam Memajukan Desa dengan Pemanfaatan Teknologi Digital Menuju Ekonomi Maju

11 Agustus 2022   17:48 Diperbarui: 11 Agustus 2022   17:50 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Universitas Pendidikan Indonesia kini sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDG's Desa & MBKM". 

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli hingga 10 Agustus 2022 menerapkan sistem secara daring, hal ini bertujuan agar para mahasiswa dapat memberdayakan lokasi kediaman masing-masing sehingga dapat memajukan dan bermanfaat bagi wilayah daerahnya sendiri.

Istihsani Suryadikusumah sebagai mahasiswa KKN Tematik UPI 2022 memilih Desa Cigintung yang terdapat di Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut sebagai lokasi KKN tematik UPI 2022 bersama ketiga rekannya. Hal ini diputuskan karena melihat kondisi tempat yang cocok untuk dilakukannya kegiatan KKN dengan tema yang didapatkan yaitu "Pertumbuhan Ekonomi Merata". 

Desa yang masih sangat asri ini memiliki banyak potensi baik dari SDMnya maupun SDA yang begitu melimpah. Upaya yang dilakukan Istihsani yakni melihat perkembangan UMKM dan membantu para masyarakat yang memiliki usaha dagang dalam mempromosikan produk usaha dalam pemanfaatan media sosial.

Adanya wabah besar yang terjadi di seluruh pelosok bumi ini, banyak aspek yang mengalami penurunan dan kerugian yang tidak sedikit. Masalah ekonomi menjadi salah satu dampak yang menjadi PR bukan hanya untuk pemerintah namun bagi seluruh masyarakat. 

Dalam menstabilkan perekonomian negeri salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memajukan UMKM. Melihat potensi yang cukup besar di Desa Cigintung, Istihsani memanfaatkan sumber daya yang ada untuk melihat potensi UMKM yang ada di sana. Setelah berkoordinasi dengan pihak pemerintah Desa mengenai UMKM langsung merancang program yang akan dilaksanakan.

Setelah berbincang-bincang mengenai kondisi UMKM di Desa Cigintung, di dapati bahwa masih belum memiliki data akurat mengenai berapa banyak usaha rumah tangga yang tersebar di Desa tersebut. Hal ini menjadi tantangan karena kegiatan pendataan harus dilakukan secara "door to door". 

Bukan tanpa alasan, pihak Desa menjelaskan bahwa masih banyak yang harus diperbaiki mengenai data yang sudah mereka miliki, adanya beberapa kekeliruan data pelaku usaha yang mana ada beberapa yang ter data memiliki usaha namun pada kenyataannya tidak ada produk yang dihasilkan. Maka dengan itu, mereka mencoba memperbaiki kembali mengenai pendataan yang lebih akurat.

Setelah dirundingkan maka diputuskan bahwa akan hanya mendata beberapa pelaku usaha yang mana masuk dalam persyaratan yakni memiliki produk usaha rumah tangga yang di olah sendiri.

 UMKM sendiri memiliki kriteria yang cukup luas, hanya setelah dilakukannya literatur dan mengumpulkan beberapa informasi para mahasiswa tidak mendata secara keseluruhan usaha yang ada di Desa. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu, tenaga dan juga informasi jelas mengenai usaha apa saja yang dapat di kategorikan sebagai UMKM yang tersebar di Desa Cigintung. 

Seperti yang di jelaskan sebelumnya, hanya pelaku usaha yang memproduksi olahan rumah tangga yang didata.

Ada beberapa usaha yang memiliki potensi besar dan akan mampu berkembang, namun tentunya untuk menuju kemajuan yang lebih baik harus ada usaha dan beberapa perbaikan mengenai masalah yang timbul pada para pelaku usaha. Upaya yang dilakukan adalah dengan mewawancarai setiap pelaku usaha mengenai proses dan masalah yang timbul selama mereka di dunia dagang. 

Ada lima pelaku usaha yang didatangi dan bersedia untuk dilakukan wawancara. Ke lima pelaku usaha tersebut di antaranya pelaku usaha Comring (Comro Kering) Bu Mimin, warung makan "Karedok Cinta" Bu Uuy, Mie Baso Bu Ugay, Pentol Al Azhar Bu Lisna dan Aneka Kue Arsya Bu Rinrin. Semuanya memiliki produk olahan rumah tangga yang sudah berdiri dari sejak adanya Covid-19 bahkan sudah ada yang lebih dari lima tahun berdiri.

Setelah dilakukannya wawancara, ada kendala yang mereka hadapi terlebih saat wabah covid-19 menyerang. Usaha yang mereka kelola mengalami penurunan dalam pendapatan bahkan sampai turun 50%. 

"Semenjak Covid-19 usaha saya menurun drastis. Pendapatan saya berkurang hingga 50% dari biasanya. Hari-hari sebelumnya saya dapat menjual karedok sayuran hingga beberapa kilo, namun sekarang sangat sedikit bahkan terkadang tidak ada yang membeli karedok" Jelas Bu Uuy sang pemilik warung makan. Kendala yang di hadapi para pelaku usaha berikutnya adalah jualan online. 

Mereka mengakui semenjak adanya penjualan online usaha mereka menjadi sepi. Adanya persaingan dagang yang mereka rasakan, sebagian para penjual ini mengakui bahwa keterbatasan mereka dalam menggunakan teknologi sebagai media dagang. 

Beda halnya dengan Ibu Rinrin penjual aneka kue, beliau justru mendapatkan keberkahan dari adanya Covid-19. Dinyatakan bahwa semenjak adanya covid-19 usaha miliknya semakin berkembang yang mana ternyata beliau memanfaatkan teknologi sebagai wadah untuk mempromosikan produk jualannya. 

Beliau menjelaskan bahwa aplikasi Facebook yang membantunya dalam berdagang, di mulai dari iseng-iseng memposting produknya di akun sosial pribadinya ternyata menyedot perhatian banyak orang yang tertarik untuk membeli.

Dokpri
Dokpri


Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

 
Sosialisasi mengenai "Digital Marketing" menjadi usaha yang dilakukan untuk membantu para pelaku UMKM dapat berkembang. Dengan memanfaatkan aplikasi WhatsApp Grup sosialisasi dilaksanakan pada 20 Juli 2022 mengenai "Meningkatkan Nilai Produk dalam Memanfaatkan Teknologi Digital". 

Dalam sosialisasi disampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya. Seperti menjelaskan kegunaan label produk sebagai identitas produk yang akan dijual, pemanfaatan aplikasi canva untuk membuat desain label, spanduk serta daftar menu untuk kebutuhan dagang atau promosi, dan manfaat media sosial sebagai wadah dalam mempromosikan produk dagang. 

Sosialisasi tersebut disambut baik oleh para pelaku usaha. Kami memberikan contoh label untuk produk dagang yang mereka jual sebagai identitas agar produk dagang mereka dapat dikenali oleh banyak orang. Setelah itu kami membantu para pelaku UMKM untuk mempromosikan produk dagang mereka di sosial media. 

Semoga dengan adanya bantuan kecil ini dapat meningkatkan produk jual sehingga UMKM di Desa Cigintung dapat berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun