Mohon tunggu...
Isti Fathmala Yakhmadi
Isti Fathmala Yakhmadi Mohon Tunggu... -

Santri Pondok Pesantren As-Sunnah Cirebon | Pimpinan redaksi Mikrosop As-Sunnah | Sie. Kebersihan Asrama 2 | Hafizhah soon to be =)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bocor ke Atas?

24 September 2012   16:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:47 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu malam saya yang sedang menyaksikan turnamen congklak tiba-tiba pengen pinjam sisir ke Fulanah, kebetulan dia lewat di hadapan saya membawa gelas #lho?

"Hei, aku pinjam sisir dong"

Fulanah hanya lewat tanpa merespon saya. Saya, yang memang sudah hafal sifatnya-yang apatis-cuma diam, barangkali dia mau langsung ambilin sisir untuk saya tanpa berkata panjang. Oh ternyata tidak, Fulanah malah asyik jongkok di depan galon.

"Eh, Fulanah. Aku pinjam sisir dong. Di mana?" saya mengulangi permohonan saya, kali ini dengan nada yang sedikit tinggi.

Fulanah diam, dia malah asyik ngotek-ngotek kran dispenser. Minta ditimpuk galon kayaknya -,-

Waktu itu di asrama cuma ada 4 orang: saya, 2 orang pemain congklak yang nggak suka sisiran (otomatis nggak punya sisir), dan sisanya si Fulanah yang masih asyik jongkok di depan dispenser. Maka sayapun menghela nafas dan bertanya, "Fulanah kamu dengar aku nggak sih?"

Fulanah nengok ke arah saya, mulutnya mengatakan "apa?" tanpa mengeluarkan suara.

"Aku pinjam sisir," kataku agak keras.

"Ini dispensernya bocor" ujarnya dengan tampang tanpa dosa.

GUBRAK. Ya Allah saya pinjam sisir, dia malah curhat dispenser.

"Aku pinjam sisirmu, ada?" tanya saya dengan sisa tenaga yang ada.

Fulanah (akhirnya) bangkit (juga) dan mengambilkan sisir untuk saya. Untuk sekedar basa-basi dan supaya nggak dicap suka nyuekin orang kaya si Fulanah, sayapun bertanya, "Dispensernya bocor? Bocor gimana?"

"Bocor ke atas."

Ya Allah itu jawaban menyayat sekali apalagi mengingat dia adik kelas saya. Saya malas bahas, tapi hati ini rasanya mengganjal jadi saya tanya lagi "Bocor gimana? Aku kan nanya baik-baik ke kamu"

"Bocor ya ke bawahlah masa ke atas?"

Lah? Tadi kan elu yang bilang bocor ke atas -,-

Kalem tis, kalem. Sabar.

"Maksudku, bocornya gimana? Apa krannya? Atau gimana?" saya masih mencoba sabar.

"Ya bagian bawahnya, ke bawah netes airnya," jawab si Fulanah dengan suara lirih. Dan kuputuskan untuk mengakhiri dialog tak sehat ini.
Okay, yang akan saya bahas kali ini bukan masalah dispenser bocor, melainkan kebiasaan banyak orang yang boros ketika menjawab pertanyaan. Contohnya ya seperti di atas, ketika ditanya "bocor gimana?" kenapa harus pakai acara bertele-tele bilang, "bocor ke atas"? Kan bisa langsung bilang "bocor karena ini, bocor karena itu".

Contoh lainnya adalah ketika ada yang bilang, "Eh ini fotocopy-in dong. Dua puluh lembar, yak."

"Kapan?"

"Tahun depan. Ya sekaranglah!"

Kalau mau bilang "sekarang", ya bilang saja dari awal. Nggak perlu pakai bilang "tahun depan". Orang yang bertanya kan nggak salah, cuma mau meyakinkan barangkali memang disuruhnya untuk tahun depan.

Bertanya "kapan?" menurut saya merupakan langkah yang tepat. Kecuali si pemerintah berkata, "sekarang juga kamu fotocopy-in ini 20 lembar" baru bisa dibilang compong kalau masih ada yang nanya, "kapan?"

"Kapan?"


"Tahun depan. Ya, sekaranglah!"


Nah, banyak kan nih yang suka banget pakai kalimat dengan pola seperti di atas? Sadar nggak kalian kalau itu termasuk perbuatan dusta? Sadar nggak kalian kalau itu bisa menyakiti hati orang yang diajak bicara?

Seperti suatu ketika saya melihat seseorang yang berkata, "tolong tetesin ini, dong" (sambil ngasih botol kecil bertuliskan Otopain).

"Tetesin ke mana, Kak?"

"Ke mata! Ya ke telingalah, masa Otopain ke mata? Emangnya Rohto?" Eh dia nyuruh malah nyolot, kasihan deh saya jadinya ke orang yang dipintai tolong.

Padahal tinggal bilang aja, "ke telinga", ya kan? Kan nggak semua orang tahu kalau itu Otopain untuk telinga. Kalau nggak bisa bersikap baik, tolonglah jangan berani-beraninya minta tolong ke orang lain. Menjengkelkan.
In the end, untuk Fulanah: barangkali suatu hari kamu baca postingan ini, saya harap kamu mau berubah. Dan untuk pembaca secara umum, mulailah hilangkan kebiasaan seperti di atas karena itu pekerjaan yang sia-sia dan sangat menjengkelkan, ngelamain hisab aja tuh. Mulai kapan? Tahun depan. Ya dari sekaranglah :P

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun