Fulanah (akhirnya) bangkit (juga) dan mengambilkan sisir untuk saya. Untuk sekedar basa-basi dan supaya nggak dicap suka nyuekin orang kaya si Fulanah, sayapun bertanya, "Dispensernya bocor? Bocor gimana?"
"Bocor ke atas."
Ya Allah itu jawaban menyayat sekali apalagi mengingat dia adik kelas saya. Saya malas bahas, tapi hati ini rasanya mengganjal jadi saya tanya lagi "Bocor gimana? Aku kan nanya baik-baik ke kamu"
"Bocor ya ke bawahlah masa ke atas?"
Lah? Tadi kan elu yang bilang bocor ke atas -,-
Kalem tis, kalem. Sabar.
"Maksudku, bocornya gimana? Apa krannya? Atau gimana?" saya masih mencoba sabar.
"Ya bagian bawahnya, ke bawah netes airnya," jawab si Fulanah dengan suara lirih. Dan kuputuskan untuk mengakhiri dialog tak sehat ini.
Okay, yang akan saya bahas kali ini bukan masalah dispenser bocor, melainkan kebiasaan banyak orang yang boros ketika menjawab pertanyaan. Contohnya ya seperti di atas, ketika ditanya "bocor gimana?" kenapa harus pakai acara bertele-tele bilang, "bocor ke atas"? Kan bisa langsung bilang "bocor karena ini, bocor karena itu".
Contoh lainnya adalah ketika ada yang bilang, "Eh ini fotocopy-in dong. Dua puluh lembar, yak."
"Kapan?"
"Tahun depan. Ya sekaranglah!"