Mohon tunggu...
Istifarizah Amanah
Istifarizah Amanah Mohon Tunggu... Lainnya - UIN SUSKA RIAU

treveling, berenang

Selanjutnya

Tutup

Analisis

meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia 4-5 tahun melalui permainan melipat kertas

10 Desember 2024   17:55 Diperbarui: 10 Desember 2024   17:53 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS

Istifarizah Amanah (12210924979)

Hakikat Pembelajaran Pada Anak Usia Dini

Hakikat Anak Usia Dini

Anak, dalam beragam usia dengan berbagai perilakunya biasanya menarik perhatian orang dewasa. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan, sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah mereka. Pada kehidupan sehari-hari, berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada bayi, batita, balita, anak usia TK, sampai anak usia sekolah dasar. Semua kategori umur anak tersebut dikelompokkan sebagai fase anak usia dini. Apa yang dimaksud dengan anak usia dini? Siapa saja yang termasuk kategori ini? Apa saja karakteristik anak usia dini yang membedakannya dengan kelompok usia lainnya? Kegiatan Belajar ini akan membahas hal-hal yang menjadi pertanyaan tersebut, dengan harapan setelah Anda mempelajarinya Anda akan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang salah satu fase dalam kehidupan anak, yaitu fase anak usia dini.

Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for The Education of Young Children), yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negeri, TK, dan SD (NAEYC, 1992). Pada jenjang yang ditetapkan UNESCO tersebut, pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0 atau jenjang prasekolah yaitu untuk anak usia 3-5 tahun. Dalam implementasinya di beberapa negara, pendidikan usia dini menurut UNESCO ini tidak selalu dilaksanakan sama seperti jenjang usianya.

Di beberapa negara ditemukan ada yang memulai pendidikan prasekolah ini lebih awal yaitu pada usia 2 tahun, dan beberapa negara lain mengakhirinya pada usia 6 tahun. Bahkan beberapa negara lainnya lagi memasukkan pendidikan dasar dalam jenjang pendidikan anak usia dini (Siskandar, 2003). Pada Buku Materi Pokok ini, fokus pembahasan kita adalah anak usia dini yang berada pada rentang usia di bawah 4 tahun saja. nak usia dini sangat tertarik dengan dunia sekitarnya. Dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Pada masa bayi, ketertarikan ini ditunjukkan dengan meraih dan memasukkannya ke dalam mulut benda apa saja yang berada dalam jangkauannya.

Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana. Pertanyaan anak usia ini biasanya diwujudkan dengan kata 'apa' atau 'mengapa'. Sebagai pendidik, kita perlu memfasilitasi keingintahuan anak tersebut, misalnya dengan menyediakan berbagai benda atau tiruannya yang cukup murah untuk dibongkar pasang, sehingga kita tidak merasa anak telah banyak merusak berbagai perlengkapan kita yang cukup mahal, Selain itu setiap pertanyaan anak perlu dilayani dengan jawaban yang bijak dan komprehensif, tidak sekedar menjawab.

 Bahkan jika perlu, keingintahuan anak bisa kita rangsang dengan mengajukan pertanyaan balik pada anak, sehingga terjadi dialog yang menyenangkan namun tetap ilmiah. Misalnya, dialog yang terjadi saat seorang anak usia 4 tahun bernama Dito menunjukkan hasil karya gambar sederhananya seperti di bawah ini. Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Anak dapat menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya saja. Kadang, anak usia ini juga belum dapat memisahkan dengan jelas antara kenyataan dan fantasi, sehingga orang dewasa sering menganggapnya berbohong.

 Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Biasanya, anak-anak sangat luas dalam berfantasi. Mereka dapat membuat gambaran khayal yang luar biasa, misalnya kursi dibalik dijadikan kereta kuda, taplak meja dijadikan perahu, dan lain-lain (Lubis, 1986). Sedang imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Ayah Bunda, 1992). Salah satu bentuk adanya proses imajinasi pada anak usia 3-4 tahun adalah munculnya teman imajiner. Teman imajiner dapat berupa orang, hewan, atau benda yang diciptakan anak dalam khayalannya untuk berperan sebagai seorang teman (Hurlock, 1993). Teman imajiner ini tampil dalam imajinasi anak lengkap dengan nama dan mampu melakukan segala sesuatu layaknya anak-anak.

Perkembangan Pada Anak Usia Dini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun