Setiap individu memiliki keunikan, ciri khas, dan latar belakang masing-masing yang beragam, serta berbeda satu sama lainnya. Salah satu perbedaannya yaitu dalam hal cara memperoleh pengetahuan. Cara belajar yang berbeda ini disebut gaya belajar. Menurut pendapat Maelani, Salsabila, & Azzahra (2023) menyatakan bahwa gaya belajar adalah cara peserta didik merespon dan menggunakan rangsangan yang diterimanya selama proses belajar. Gaya belajar dipahami sebagai cara yang disukai peserta didik untuk menyerap, memproses, mengatur, memahami, menghafal informasi yang mereka peroleh dan memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan belajar melalui interaksinya dan responsnya terhadap lingkungan belajar.
Purbaningrum (2017) menyatakan bahwa gaya belajar memiliki tiga jenis, yaitu gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dengan indikator yang dapat diukur menggunakan lembar observasi. Setiap gaya belajar memiliki indikator-indikator, sebagai berikut:
Gaya belajar visual
- Belajar secara visual.
- Mudah memahami hal terkait bentuk, warna, dan angka.
- Teratur dan sistematis.
- Mudah berkonsentrasi dalam keributan.
- Memiliki kesulitan dalam menerima intruksi secara verbal.
Gaya belajar auditoriÂ
- Belajar secara mendengarkan.
- Memiliki kelebihan dalam aktivitas yang berkaitan dengan lisan.
- Peka terhadap suara dan musik.
- Hilang konsentrasi ketika ada keributan.
- Kurang mengenai aktivitas visual.
Gaya belajar kinestetikÂ
- Mudah belajar ketika berkaitan dengan aktivitas fisik.
- Memiliki kepekaan lebih terhadap bahasa tubuh dan ekspresi.
- Berorientasi pada aktivitas fisik dan gerak.
- Minat bereksperimen dan kurang sistematis.
- Â Kurang dalam melakukan aktivitas secara verbal.
Adanya perbedaan gaya belajar perlu diakomodasi dengan baik agar proses pembelajaran lebih maksimal. Salah satu cara yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya belajar adalah pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Naibaho (2023), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memenuhi, melayani, dan mengakui keberagaman peserta didik dalam belajar sesuai dengan kesiapan, minat, dan preferensi belajar peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi yang memperhatikan variasi gaya belajar dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan belajar peserta didik (Abadiyah, Fajriyah, & Dwijayanti, 2023). Selain itu, belajar dengan pengelompokkan gaya belajar efektif dalam meningkatkan minat dan keaktifan belajar peserta didik. Hal ini dikarenakan peserta didik dapat belajar dengan gaya belajar yang mereka sukai sehingga meningkatkan ketertarikannya terhadap pelajarannya. Dengan ketertatikannya ini peserta didik dapat belajar dengan optimal dan meningkatkan hasil belajarnya (Yuswinardianto, Indriani, & Novitasari, 2021). Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno & Hernawan (2023) bahwa pemanfaatan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan gaya belajar dapat meningkatkan keaktifan peserta didik berdasarkan lima indikator yaitu: fokus, kerjasama (teamwork), mengemukakan pendapat atau ide, pemecahan masalah, dan disiplin.
Menurut Latifah (2023), penerapan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan gaya belajar dapat dilakukan melalui kegiatan berikut:
1) Melakukan asesmen diagnostik sebelum pembelajaran dan menganalisisnya.
Asesmen diagnostik dapat berupa asesmen diagnostik kognitif dan non-kognitif. Asesmen diagnostik kognitif dilakukan untuk mengetahui pencapaian pemahaman peserta didik pada materi yang akan disampaikan. Berdasarkan hasil tersebut, guru akan memperoleh data tentang kesiapan belajar peserta didiknya sehingga dapat menentukan pada level mana peserta didik akan belajar dan guru dapat menentukan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan belajar. Sedangkan, asesmen diagnostik non-kognitif dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan seperti wawancara, angket, dan observasi. Tujuan asesmen ini adalah agar guru dapat mengetahui lebih dekat tentang latar belakang peserta didik dan cara belajarnya yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran di kelas. Gaya belajar dapat diketahui melalui asesmen ini. Pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan berdasarkan gaya belajar, maka guru selanjutnya melakukan analisis gaya belajar peserta didik dan mengelompokkannya pada jenis gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik.
2) Menyusun perencanaan dan perangkat pembelajaran berdasarkan gaya belajar.
Setelah guru memperoleh data gaya belajar dan menganalisisnya, guru dapat membuat perencanaan dan perangkat pembelajaran berdasarkan gaya belajar. Hal yang perlu diperhatikan pada langkah ini yakni aspek berdiferensiasi yang akan digunakan. Berdasarkan aspeknya, diferensiasi dapat dilakukan melalui konten, proses, dan produk yang akan dilakukan selama pembelajaran. Diferensiasi konten dilakukan dengan menyajikan berbagai bentuk konten atau materi berdasarkan gaya belajarnya, misalnya materi ditampilkan melalui gambar, video, lagu pembelajaran, praktikum, atau pengamatan. Selain itu, diferensiasi proses dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian kegiatan pengelompokan belajar sesuai dengan gaya belajar peserta didik, misalnya kelompok visual, auditori, dan kinestetik. Selanjutnya, diferensiasi juga dapat dilakukan dengan menyajikan produk belajar yang berbeda-beda, misalnya melalui poster, mindmap, laporan pengamatan, dan sebagainya. Perlu diketahui bahwa aspek diferensiasi yang dikembangkan tidak harus mencakup ketiganya, namun dapat disesuaikan dengan jenis materi, peserta didik, dan jam pelajaran.
3) Melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran berdasarkan perencanaan pembelajaran berdiferensiasi. Peserta didik dengan gaya belajar visual akan menyukai pembelajaran dengan berbagai tulisan dan gambar yang menarik. Mereka juga menyukai tulisan yang rapi dan berwarna. Peserta didik auditori akan menyukai cara belajar dengan mendengarkan, misalnya melalui penjelasan guru atau video dan podcast. Mereka juga dapat diajak belajar dengan lagu-lagu pembelajaran yang liriknya diubah sesuai dengan isi materi yang dipelajari. Peserta didik kinestetik menyukai pola pembelajaran dengan banyak gerak sehingga kegiatan praktikum dan pengamatan akan lebih disukai mereka.
4) Melakukan evaluasi dan rencana tindak lanjut.
Kegiatan evaluasi dan tindak lanjut tentu tidak dapat dikesampingkan dari serangkaian kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan evaluasi berupa renungan hasil dari pelaksanaan pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan aspeknya, bagaimana respon peserta didik dan hasil belajarnya, dan seterusnya. Selanjutnya, evaluasi tersebut dianalisis dan diperoleh hal-hal yang sudah baik dan perlu ditingkatkan. Melalui rencana tindak lanjut, guru melakukan perbaikan pada bagian yang perlu ditingkatkan dan melanjutkan praktik baik yang sudah terlaksana
Referensi:
Abadiyah, N. J., Fajriyah, K., & Dwijayanti, I. (2023). Analisis Gaya Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Kelas 1 SDN Tambakrejo 01 Semarang. Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri, 5009-5018.
Latifah, D. N. (2023). Analisis Gaya Belajar Siswa untuk Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Dasar. LEARNING: Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 68-75.
Maelani, S., Salsabila, R., & Azzahra, M. A. (2023). Pentingnya Mengenali Gaya Belajar Siswa Sekolah Dasar dalam Kegiatan Pembelajaran. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Abdi Nusa, 157-163.
Naibaho, D. P. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research (JCSR), 81-91.
Sutrisno, L. T., & Hernawan, A. H. (2023). Penerapan Pembelajaran Bediferensiasi sebagai Salah Satu Pemecahan Masalah Masih Kurangnya Keaktfifan Peserta Didik Saat Proses Pembelajaran Berlangsung. Journal of Elementary Education, 111-121.
Wulandari, I., & Sagita, L. (2011). Pembelajaran Matematika dengan Differentiated Instruction untuk Mengembangkan Karakter Positif Siswa. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, (pp. 272-282). Yogyakarta.
Yuswinardianto, F., Indriani, D. E., & Novitasari, A. T. (2021). Efektifitas Strategi Pengelompokan Gaya Belajar Visual, Auditori, Kinestetik Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ppkn Di Uptd Smpn 2 Burneh Kabupaten Bangkalan . Civic-Culture : Jurnal Ilmu Pendidikan PKN Dan Sosial Budaya, 509-515.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H