Ketika ditanya tentang Samarkand, denyut nadi sang gadis bertambah cepat. Tabib bertanya tentang kota itu dan bertanya tentang orang-orang yang pernah ditemui sang gadis. Gadis itu bercerita majikannya sang pandai emas selama dua tahun. Akhirnya, sang tabib menemukan penyakit gadis.
“Masalahnya ada pada hatinya, bukan tubuhnya.” Sang tabib memberi tahu sang raja untuk mengikuti petunjuk tabib. Pandai emas pun dipanggil dan diiming-imingi uang dan wilayah di tanah sang raja. Pandai emas pun tergoda dan meninggalkan rumah dan keluarganya.
Dengan restu sang raja, lelaki tampan itupun dinikahkan dengan sang gadis dan mereka tinggal di istana kerajaan. Pasangan itupun menikmati pernikahan itu selama enam bulan, pada saat itu sang gadis benar-benar pulih.
Lalu, sang tabib memberikan ramuan yang harus diminum pandai emas itu setiap pagi. Ramuan itu membuat pandai emas pucat dan buruk, hingga akhirnya sang gadis yang merupakan isterinya tidak lagi mencintainya. Akhirnya.. sang pandai emas meninggal dunia, dan sang gadis terbebas dari pernikahannya.
=======
Pelajaran apa yang dapat diambil dari kisah ini? Cinta karena tampilan luar bukanlah cinta sejati. Pada akhirnya cinta seperti ini hanyalah aib. Pesan moral lainnya, terdapat pada simbol:
1. sang raja = jiwa
2. sahabat raja = cinta
3. sang gadis = hati
4. tabib istana = kaum terpelajar
5. tabib tuhan = guru sufi
6. pandai emas = ego
7. ramuan = aib.
Diambil dari beberapa referensi;
Telaga Cinta Para Sufi Agung
Kimya Sang Puteri Rumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H