Mohon tunggu...
Isti Annura Hadistiani
Isti Annura Hadistiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030126)

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (21107030126)

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Wisata Religi Masjid Agung Banten

1 April 2024   22:49 Diperbarui: 1 April 2024   22:58 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kaya akan wisata alam yang indah, Banten juga kaya akan wisata religi. Salah satu tempat wisata religi yang paling terkenal di Banten adalah Masjid Agung Banten. Terletak di Kelurahan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Masjid Agung Banten merupakan salah satu situs peninggalan sejarah Kesultanan Banten yang paling terkenal. 

Masjid ini juga merupakan masjid tertua di Indonesia setelah Masjid Agung Demak. Kompleks Masjid Agung Banten terletak di area seluas kurang lebih 1,3 hektar dan dikelilingi oleh pagar tembok setinggi satu meter. Masjid Agung Banten berbatasan dengan perkampungan penduduk di sebelah utara, barat dan selatan. Di bagian tengah berbatasan dengan Benteng atau Keraton Surosowan, dan di sebelah timur berbatasan dengan Alun-alun.

Masjid Agung Banten didirikan pertama kali pada tahun 1552-1570 oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang saat itu merupakan Raja atau Sultan pertama dari Kesultanan Banten sekaligus anak dari Sunan Gunung Djati. Pembangunan masjid ini tidak terlepas dari instruksi Sunan Gunung Djati kepada putranya, Sultan Maulana Hasanuddin, untuk mencari sebidang tanah yang masih suci sebagai tempat membangun Kerajaan atau Kesultanan Banten. 

Pada akhirnya Sultan Maulana Hasanuddin berdoa dan juga bermunajat kepada Allah SWT agar mendapatkan petunjuk yang tepat tentang tanah yang nantinya akan dibangun kerajaan. Konon katanya, setelah beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT, air laut yang ada di sekelilingnya tiba-tiba pecah dan berubah menjadi daratan. Di lokasi tersebut, Sultan Hasanuddin membangun Kesultanan Banten, atau Kerajaan Banten, beserta fasilitas pendukungnya seperti alun-alun, pasar, dan masjid. Dan berdirinya Masjid Agung Banten merupakan cita-cita Sultan Maulana Hasanuddin untuk memiliki tempat sebagai pusat dari penyebaran agama Islam di wilayah Banten.

Masjid Agung Banten menjadi destinasi yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah untuk beribadah, berziarah, dan melihat sisa-sisa kejayaan dari Kesultanan Banten. Selain itu, Masjid Agung Banten juga sering dijadikan sebagai tempat piknik bersama keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid Agung Banten saat ini tidak hanya digunakan untuk beribadah dan berziarah saja, namun juga dapat digunakan sebagai objek wisata religi maupun berkumpul dengan keluarga.

Sejarah Singkat

Pinterest/Bintoro Hoepoedio
Pinterest/Bintoro Hoepoedio

Masjid Agung Banten pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570). Masjid Agung Banten memiliki gaya arsitektur yang unik karena merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Cina dan Eropa. Tiga arsitek yang merancang Masjid Agung Banten adalah Raden Sepat dari Jawa, Tjek Ban Tjut dari Cina dan Hendrik Lucaz dari Belanda.

Di bagian dalam bangunan masjid, terdapat empat pilar atau tiang penyangga (saka guru), yang memiliki bentuk arsitektur lokal yang sangat khas karya Raden Sepat. Di ruangan ini terdapat mimbar kuno dengan ukiran indah yang memperkuat nuansa lokal.

Tjek Ban Tjut membuat bangunan utama (masjid) dengan atap bertumpuk lima yang menyerupai pagoda Cina. Atap persegi yang berbentuk bujur sangkar tersebut memiliki tinggi lima tingkat yang berarti melambangkan rukun Islam. Dua atap paling atas merupakan gaya arsitektur Cina. Semakin rendah, atapnya semakin lebar menaungi serambi di sisi utara dan selatan yang merupakan tempat disemayamkannya para ulama dan anggota keluarga kesultanan terdahulu, termasuk Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Abu Nasil Abdul Qohhar, Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, dan lain-lain.

Di sebelah timur masjid terdapat menara setinggi 24 meter yang dirancang oleh Hendrik Lucaz. Menara berbentuk segi delapan ini bergaya arsitektur Belanda atau Eropa seperti memiliki tangga spiral, kepala memiliki dua tingkat, dan pintu masuk melengkung di bagian atas. Beberapa orang telah mencoba menafsirkan bentuk menara ini dari sudut pandang Islam. Ada kemungkinan bahwa segi delapan adalah hasil dari pembagian 24 dibagi 3. Dua puluh empat menunjukkan symbol waktu, 24 jam. 

Sedangkan angka 3 merupakan simbol dari ibadah, ma'isyah (sumber nafkah) dan istirohah (istirahat). Selain itu, Hendric Lucaz memiliki beberapa karya lain seperti Tiamah (Paviliun) yang sering digunakan oleh para ulama Banten untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah keagamaan. Gaya Eropa juga sangat kentara pada bangunan ini, terutama pada jendela-jendela besar di lantai atas. Jendela-jendela tersebut dimaksudkan untuk mengatur sirkulasi cahaya dan udara. Dan saat ini, Tiamah digunakan untuk menyimpan benda-benda peninggalan Kesultanan Banten.

Renovasi dan Pemugaran

 grid.id
 grid.id

Dikutip dari laman Sistem Informasi Masjid, Masjid Agung Banten telah mengalami beberapa kali renovasi, baik renovasi fisik maupun penambahan luas bangunan. Renovasi fisik yang dialami Masjid Agung Banten diantaranya adalah:

Tahun 1570-1580, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf yang tak lain merupakan putra dari Sultan Maulana Hasanuddin, beliau memperluas Masjid Agung Banten dengan menambahkan serambi muka dan samping.

Tahun 1580-1596, pada masa ppemerintahan Sultan Maulana Muhammad, Masjid Agung Banten diperindah dengan melapisi tembok Masjid Agung Banten dengan porselin dan tiangnya dibuat dari kayu cendana. Tak hanya itu, beliau juga membangun sebuah tempat sholat khusus wanita yang disebut dengan pawestren atau pawadonan.

Kemudian tahun 1684-1687, pada masa pemerintahan Sultan Haji, dibangunlah Menara baru di halaman muka masjid dan Tiamah (tempat bermusyawarah dan berdiskusi agama). Menara tersebut berbentuk mercusuar Eropa dan berbentuk segi delapan di sebelah selatan serambi masjid yang pembangunannya dibantu oleh Lucas Cardel.

Pada tahun 1945-1961, Residen Banten Th. Ahmad Chatib bersama dengan masyarakat Banten bersama-sama melakukan perbaikan masjid dengan dibuat atap cungkup penguubung di komplek pemakaman utara.

Pada tahun 1966-1967, Dinas Purbakal melakukan pemugaran Menara.

Pada 1967, Korem 064 Maulana Yusuf Serang melakukan pemugaran total fisik, kecuali model bangunan dan dinding yang masih asli karena kayu dan gentengnya telah rusak dimakan usia. Langit-langit yang tadinya berbahan rumbia diganti dengan etemit.

Pada tahun 1970, Yayasan Qur'an memberi bantuan untuk pemugaran serambi timur.

Pada tahun 1975, dilakukan pemugaran besar-besaran dan menyempurnakan pemugaran pada tahun sebelumnya. Termasuk memperluas halaman masjid dengan memindahkan rumah-rumah penduduk yang ada disekitar halaman masjid ke tempat lain. Penggantian lantai ruang utama masjid dengan teraso berwarna kehijauan, pembuatan atap serambi pemakaman selatan, pembuatan bak-bak wudhu, pembuatan pagar tembok keliling komplek dengan lima gapura. Dan dana yang digunakan untuk melakukan pemugaran besar-besaran tersebut berasal dari Pertamina Pusat.

Pada tahun 1987, dilakukan renovasi lantai. Lantai Teraso diganti menjadi marmer dibagian dalam masjid dan dibagian luarnya dengan keramik. Lantai pemakaman utara dan cungkup makam Sultan Maulana Hasanuddin yang awalnya tegel berwarna merah, juga diganti dengan lantai marmer. Dan biaya yang digunakan dalam renovasi tersebut berasal dari keluarga Cendana Jakarta.

Dari tahun 1987 hingga saat ini, masih sering dilakukan renovasi-renovasi kecil, Seperti tempat ziarah yang sebelumnya terbuka sekarang sudah tertutup dengan atap genteng, dan tempat wudhu dan kamar mandi sudah mulai tertata dengan rapi dan terawat agar para peziarah dan wisatawan merasa nyaman.

Daya Tarik

1.Menara Banten

Salah satu daya tarik Masjid Agung Banten adalah menara masjidnya yang sangat iconic karena mirip dengan mercusuar. Memiliki diameter sekitar 10 meter dan tinggi 24 meter, Menara Masjid Agung Banten cukup tinggi untuk ukurannya pada masa itu. Menara ini hanya berjarak 1,5 km dari pantai, jadi selain berfungsi sebagai tempat untuk adzan, juga dapat digunakan sebagai menara pengawas.

2.Serambi Masjid Ala Masjid Nabawi

Masjid Agung Banten memiliki serambi yang mirip dengan serambi di Masjid Nabawi karena terdapat beberapa payung raksasa yang dapat terbuka lebar. Ini membuat serambi dari Masjid Agung Banten menjadi sangat menarik, dan tak jarang digunakan sebagai spot untuk berfoto.

3.Atap Masjid Yang Mirip Pagoda

Masjid Agung Banten memiliki atap segi empat yang menyerupai pagoda, dan tiang penyangganya terdiri dari 24 tiang yang dibagi menjadi tiga. Tiang-tiang ini menggambarkan 24 jam dalam sehari. Dan tiga merupakan symbol dari ibadah, Ma'isyah dan istirohah. Dan makna dari jumlah tiang-tiang penyangga tersebut agar manusia dapat memanfaatkan waktu 24 jam untuk melakukan tiga hal tersebut.

4.Makam Keluarga Sultan Hasanuddin

Di dalam kompleks Masjid Agung Banten, terdapat pemakaman dari Sultan Hasanuddin dan juga Keluarganya. Hasanuddin dimakamkan di kompleks Masjid Agung Banten. Orang-orang yang ingin berziarah selalu mengunjungi pemakaman ini. Di Serambi Selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad, Sultan Zainul Abidin, dan lainnya. Dan di Serambi Utara terdapat makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nashr Abdul Qahhar.  

Harga Tiket Masuk

Karena Masjid Agung Banten merupakan tempat untuk umum, maka untuk masuk kedalamnya tidak dipungut biaya apapun. Meskipun gratis, biasanya terdapat kotak amal di depan pintu masuk dekat area parkir sehingga wisatawan ataupun peziarah dapat memasukkan uangnya secara sukarela kedalam kotak amal tersebut.

Jam Operasional

Masjid Agung Banten selalu buka selama 24 jam. Hal ini berlaku untuk area pemakaman dan masjid saja, karena Museum hanya dibuka dari pagi hingga sore hari saja.

Fasilitas yang Tersedia

Sebagai salah satu tempat wisata religi dan spiritual yang paling populer. Fasilitas Masjid Agung Banten sudah terbilang sangat lengkap, diantaranya adalah:

1.Area Parkir luas

Dengan adanya area parkir yang luas memudahkan pengunjung untuk mendapatkan tempat parkir.

2.Toilet dan Musholla

Fasilitas toilet serta mushola terjaga kebersihannya sehingga pengunjung dapat merasakan nyaman saat ingin menggunakan toilet, beribadah ataupun berisitrahat di musholla.

3.Area Oleh-Oleh

Di sekitar musholla terdapat area oleh-oleh yang menjual berbagai macam makanan dan kerajinan khas Banten.

Dengan arsitektur yang unik, kaya akan peninggalan sejarah, serta memiliki fasilitas yang lengkap dan terawat, membuat Masjid Agung Banten menjadi salah satu destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi saat sedang berlibur di Banten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun